Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa bankir mulai mengkaji rencana penurunan bunga kredit jika suku bunga acuan Bank Indonesia dan The Fed tak mengalami kenaikan.
Salah satunya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan saat ini pihaknya masih bersikap wait and see untuk merealisasikan penurunan bunga pinjaman. “Kami sedang mengkaj dan belum tahu berapa peluang turunnya. Tapi kami lihat dari suku bunga acuan The Fed,” ujar Maryono di Jakarta, pekan ini.
Untuk merealisasikan penurunan bunga kredit, Maryono mengungkapkan pihaknya juga masih memperhatikan peluang penurunan suku bunga dana. Adapun, menurut Maryono, salah satu upaya perseroan untuk mencari sumber dana murah yakni dengan menggandeng lembaga milik negara terutama instansi pemerintah yang memiliki kaitan dengan pembiayaan perumahan di Bank BTN.
Perseroan, lanjut Maryono, juga tengah berupaya menurunkan beban bunga melalui penerbitan obligasi dengan kupon yang lebih rendah dari surat hutang yang diterbitkan sebelumnya. Seperti diketahui, pekan ini perseroan menerbitkan obligasi senilai Rp3 triliun dengan kisaran bunga di posisi 9,2% hingga 9,9%.
“Dalam jangka pendek, kami menerbitkan obligasi untuk mengurangi missmatch, tapi dalam jangka panjang, ini bisa memberikan efisiensi suku bunga karena menggantikan obligasi yang dulu,” jelas Maryono.
Adapun dari situs resmi emiten berkode saham BBTN ini, mulai 31 Maret 2015 perseroan menawarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk pinjaman korporasi, ritel, dan mikro sebesar masing-masing 11,5%, 12,25%, dan 18,75%. Sementara itu, untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan non-KPR, BBTN menawarkan SBDK sebesar 11,5% dan 12%.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank DKI Eko Budiwiyono mengatakan tahun ini pihaknya juga berencana untuk menurunkan suku bunga kredit. “Kami sedang mempertimbangkan suku bunga mungkin agak menurun,” tutur Eko.
Dari situs korporasi Bank DKI, mulai 31 Mei 2015, perseroan menawarkan SBDK untuk pinjaman KPR dan non-KPR sebesar 11,5% dan 12%. Adapun untuk kredit korporasi, kredit ritel, dan kredit mikro, bank milik Pemda DKI Jakarta ini menawarkan SBDK sebesar masing-masing 11%, 12,5%, dan 19%.
Adapun, dari data Analisis Uang Beredar (M2) yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) menunjukkan rata-rata suku bunga deposito berjangka 1,3 dan 6 bulan telah mengalami penurunan hingga 35 basis poin (bps) pada periode Maret hingga April 2015. Data M2 merinci, deposito berjangka 1 bulan mengalami penurunan terbesar dari 8,31% pada Maret 2015 menjadi 7,96% di bulan berikutnya. Sementara itu, deposito berjangka 3 dan 6 bulan masing-masing mengalami penurunan sebesar 22 bps dan 13 bps.
Kendati demikian, data M2 merekam sepanjang Maret 2015 hingga April 2015, rerata penurunan suku bunga kredit hanya sebesar 1 bps dari 12,98% menjadi 12,99%. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan penurunan suku bunga deposito disebabkan adanya ekses likuiditas. Namun, dia menyayangkan penurunan bunga dana tersebut belum sejalan dengan turunnya bunga kredit.