Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah dan Bank Indonesia berupaya mengantisipasi agar pelemahan kurs rupiah terus tidak terus berlanjut.
Pasalnya, belakangan, kurs rupiah telah menembus kisaran Rp16.000 per dolar Amerika Serikat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sendiri mengungkapkan yang bisa menjaga kurs rupiah secara langsung adalah Bank Indonesia (BI). Pemerintah, sambungnya, hanya bisa memberi bantuan secara tidak langsung.
"Pemerintah dorong ekspor yang menghasilkan devisa. Kemudian dorong investasi untuk substitusi impor. Jadi impornya yang berbasis dolar kita tekan rendah, ekspornya kita tingkatkan sehingga nilai rupiah kita lebih solid," ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).
Untuk memaksimalkan devisa tersebut, pemerintah juga ingin merevisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 36/2023 yang mengatur soal devisa hasil ekspor sumber daya manusia (DHE SDA).
Airlangga menjelaskan, pemerintah ingin agar kurun waktu penempatan DHE SDA bisa lebih lama. Dengan demikian, cadangan devisa Indonesia semakin banyak sehingga berdampak positif ke kurs rupiah.
Baca Juga
Menurut aturan sekarang, DHE SDA 'hanya' wajib ditempatkan di dalam negeri paling singkat tiga bulan dengan minimal 30% dari total nilai ekspor.
Oleh sebab itu, Airlangga menggelar rapat bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajaran, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Reza dan jajaran, Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Lana Saria dan jajaran di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat pada Jumat (20/12/2024) sore.
Hanya saja, dia belum bisa mengumumkan detail perubahan aturan tersebut. Airlangga meminta setiap pihak bersabar karena PP, Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Peraturan Bank Indonesia (PBI), dan Peraturan OJK terbaru ihwal DHE SDA sedang disusun.
"Mungkin sekitar sebulan dari sekarang [akan terbit]," ujar Airlangga.
Sementara itu, BI menyatakan akan terus melaksanakan intervensi pasar terutama usai kurs rupiah terus tersungkur.
Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Fitra Jusdiman menyatakan pihaknya terus memantau nilai tukar rupiah secara khusus dan mata uang negara lain secara umum.
BI, sambungnya, juga tidak pasif memantau pasar keuangan global. Oleh sebab itu, Fitra menyatakan BI selalu melakukan upaya stabilisasi secara terukur dan terus-menerus.
"Antara lain melalui intervensi di spot, DNDF, dan pembelian SBN [Surat Berharga Negara] di pasar sekunder," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (19/12/2024).
Sebagai informasi, belakangan kurs rupiah semakin anjlok. Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (19/12/2024) mata uang rupiah ditutup melemah 215 poin ke level Rp16.312 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat melemah 220 poin ke level Rp16.097.
Terbaru, rupiah ditutup menguat 0,56% atau 91 poin ke level Rp16.221,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS melemah 0,16%.