Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rasio Kredit Bermasalah: BI Proyeksi Membaik di Akhir Tahun

Bank Indonesia memperkirakan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) industri perbankan Tanah Air dapat menurun pada akhir tahun seiring dengan proyeksi adanya peningkatan permintaan kredit pada semester II tahun ini.
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia memperkirakan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) industri perbankan Tanah Air dapat menurun pada akhir tahun seiring dengan proyeksi adanya peningkatan permintaan kredit pada semester II tahun ini.

 

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto menuturkan salah satu penyebab meningkatnya NPL saat ini adalah perlambatan penyaluran kredit perbankan yang merupakan imbas dari perlambatan ekonomi global maupun domestik.

 

"Salah satu penyebab angka NPL naik kan karena faktor pembagi atau nilai kredit yang disalurkan bank turun. Kita tunggu saja, kalau semster 2 ada peningkatan kredit, akan terjadi pembaikan [NPL]," ucapnya seperti dikutip dari Harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (5/8/2015).

 

Seperti diketahui, berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPL industri perbankan nasional sejak awal tahun telah menunjukkan peningkatan.

 

Per Januari 2015, angka NPL bank-bank tercatat sebesar 2,36% atau naik basis poin dari NPL akhir tahun lalu yang sebesar 2,16%.

 

Adapun per April 2015 rasio NPL tercatat sebesar 2,40% atau mengalami peningkatan 36 bps dari NPL periode yang sama pada tahun lalu sebesar 2,04%.

 

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan hingga Mei 2015 rasio kredit bermasalah hingga Mei 2015 mencapai 2,6% atau naik dari posisi 2,5%  dari bulan sebelumnya. Penaikan NPL sejak awal tahun ini sejalan dengan perlambatan kredit yang terkoreksi pada awal tahun secara year to date dibandingkan kredit akhir tahun lalu.

 

Erwin menuturkan salah satu penyumbang peningkatan NPL adalah sektor kontruksi yang per April 2015 mencapai 5,5% dan mengalami peningkatan nominal dari Rp5,28 triliun menjadi Rp8,43 triliun.

 

Bank Sentral memproyeksi NPL perbankan akan berada di bawah level 3% pada akhir tahun. "Harapan kami NPL akhir tahun bisa di bawah 2,5% ya," kata Erwin.

 

Terkait dengan laba bank-bank yang menurun akibat besarnya biaya pencadangan atau provisi, pria yang baru menggantikan Halim Alamsyah per Juni 2015 ini menjelaskan hal ini lumrah apabila ekonomi mengalami perlambatan karena dunia usaha juga mengalami perlambatan, sehingga pelaku usaha mengalami kesulitan dalam membayar kredit.

 

"Kalau ekonomi melambat, dunia usaha juga turun. Kalau ekonomi meningkat, dunia usaha juga meningkat," jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper