Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan tambang milik negara PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. berencana mencari investor baru selain pemegang saham saat ini untuk menyerap saham yang diterbitkan dalam proses right issue pada Oktober 2015.
Pada saat ini, perusahaan belum memiliki investor strategis untuk menyerap hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) tersebut. Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Tri Hartono mengatakan pihaknya berencana mendekati investor dari dalam dan luar negeri untuk menyerap saham tersebut.
Menurut Tri, pihaknya akan menawarkan terlebih dulu saham tersebut kepada pemegang saham perseroan saat ini (existing shareholder). “Dua hari ini kami akan cari investor domestik dulu,” ujarnya ketika dihubungi, Kamis (17/9/2015).
Apabila pemegang saham sekarang tidak berminat terhadap saham baru yang ditawarkan oleh emiten berkode saham ANTM tersebut, perusahaan mengincar investor baru, termasuk dari luar negeri. Tri belum dapat memastikan siapa investor baru tersebut.
Pekan depan, perusahaan tambang emas dan nikel ini berencana mengunjungi tiga negara Asia untuk mencari investor tersebut. “Kami akan roadshow ke Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), dan Hongkong,” katanya.
Tri meyakini right issue yang dilakukan oleh perusahaan itu bakal diminati investor mengingat potensi kinerja perusahaan di masa mendatang walaupun pada saat ini tengah tertekan pelemahan harga komoditas seperti nikel.
Sebagai gambaran, sebagian besar saham Aneka Tambang dengan porsi 65% dimiliki oleh negara. Sisanya, saham perusahaan dimiliki oleh sejumlah lembaga dari dalam maupun luar negeri.
Pemegang saham minoritas terbesar di Aneka Tambang adalah PT Prudential Life Assurance, diikuti oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (dana Jaminan Kecelakaan Kerja), PT Taspen (Persero) dan sebagainya.
Berdasarkan prospektus right issue tersebut, harga pelaksanaan penawaran umum terbatas atau right issue sebesar Rp371-Rp535 per lembar dengan 14,11 miliar lembar saham yang ditawarkan.
Right issue itu sendiri menggunakan acuan laporan keuangan perusahaan per 30 Juni 2015 di mana ekuitas perusahaan tercatat Rp11,57 triliun. Right issue akan dilakukan setelah perusahaan mendapat persetujuan tambahan modal Rp3,5 triliun dari negara dalam APBN Perubahan 2015.
Selain tambahan dari negara, perusahaan berencana mengincar dana dari investor publik dengan total nilai sekitar Rp1,8 triliun. Dengan demikian, target dana yang dhimpun mencapai Rp5,3 triliun yang akan digunakan untuk proyek pabrik feronikel di Halmahera Timur.
Penyelesaian proyek pengembangan pabrik feronikel di Halmahera Timur itu diprediksi bakal selesai pada 2018 dan diperkirakan membutuhkan biaya sekitar US$350 juta-US$450 juta. “Pembangunan pabrik ini juga membutuhkan dukungan pemerintah,” katanya.