Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Perbaikan Defisit Transaksi Berjalan Terus Berlangsung

Bank Indonesia menyebut perbaikan kinerja transaksi berjalan terus berlangsung terutama ditopang oleh neraca perdagangan nonmigas.
Agus Martowardojo/Antara
Agus Martowardojo/Antara
Bisnis.com, JAKARTA- Bank Indonesia menyebut perbaikan kinerja transaksi berjalan terus berlangsung terutama ditopang oleh neraca perdagangan nonmigas.
 
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III/2015 tercatat senilai US$4,0 miliar atau sebesar 1,86% Produk Domestik Bruto (PDB).
 
"CAD ini membaik dibandingkan dengan defisit pada kuartal III/2014 senilai US$7,0 miliar (3,02% PDB) maupun defisit pada kuartal II/2015 senilai US$4,2 miliar (1,95% PDB)," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung BI, Selasa (17/11/2015).
 
Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan nonmigas akibat penurunan impor yang relatif tajam seiring masih terbatasnya permintaan domestik.
 
Di sisi lain, ekspor nonmigas mengalami penurunan yang lebih kecil terutama karena menurunnya harga komoditas, meskipun secara riil mencatat peningkatan.
 
Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatat defisit yang relatif sama dengan triwulan sebelumnya karena penurunan surplus yang terjadi pada neraca perdagangan gas terkompensasi oleh penurunan defisit pada neraca perdagangan minyak.
 
"Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2015 menunjukkan perkembangan yang positif dengan mencatat surplus senilai US$1,01 miliar," katanya.
 
Di sisi lain, tambah Agus, kinerja transaksi modal dan finansial masih mencatat surplus di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
 
Kendati demikian, surplus tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan tidak dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan.
 
Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Oktober 2015 tercatat senilai US$100,7 miliar atau setara dengan 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
 
"Angka cadangan devisa tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ucap Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper