Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perebutan Dana Murah Bakal Makin Ketat

Mulai berlakunya era kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat menjadi sinyal bagi kalangan perbankan kelas menengah dan kecil bahwa perebutan dana murah akan makin mengetat.
Kasir Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menghitung uang rupiah. /Bisnis.com
Kasir Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menghitung uang rupiah. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Mulai berlakunya era kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat menjadi sinyal bagi kalangan perbankan kelas menengah dan kecil bahwa perebutan dana murah akan makin mengetat.

Direktur PT Bank of India Indonesia Tbk. Ferry Koswara mengatakan era pengetatan likuiditas di Amerika Serikat akan berimbas ke negara lain, termasuk yang memiliki hubungan ekonomi erat dengan negeri Paman Sam tersebut.

“Dan efeknya pasti menular ke Indonesia, jadi akan terjadi pengetatan likuiditas. Tapi kami sudah siapkan, selama 2015 ada penurunan LDR [loan to deposit ratio] kami sebesar 10% atau sekitar Rp600 miliar dan ini cukup memadai bagi kami,” jelas Ferry kepada wartawan, di Jakarta, belum lama ini.

Ferry mengakui, ke depannya perusahaan masih akan mengandalkan produk deposito untuk pendanaan. Pasalnya, jaringan transactional banking emiten bersandi saham BSWD ini diakui tak semasif kalangan bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4.

Namun, untuk mengurangi beban bunga dari dana mahal, Ferry menyebut pihaknya telah menurunkan bunga dana secara bertahap. “Dari Juli sampai sekarang sudah 1,5% kami turunkan. Namun, meski cut pricing tapi kami improve service sehingga memuaskan customer.

Untuk meningkatkan perolehan dana murah, sebut dia, BSWD akan memperkuat basis nasabah. Caranya, rinci Ferry, yakni melakukan relokasi dan pembukaan cabang baru. Aksi lain, yakni dengan melakukan linkage dengan koperasi dan bank perkreditan rakyat (BPR).

Adapun, dari laporan keuangan BSWD per September 2015 menunjukkan perusahaan telah menghimpun simpanan masyarakat senilai Rp4,61 triliun. Laporan tersebut merinci, sebanyak 89,47% dari dana pihak ketiga (DPK) itu merupakan deposito atau senilai Rp4,13 triliun.

Sementara itu, Direktur Treasury & Assets Management PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Iman Nugroho Soeko mengatakan dengan proyeksi pembaikan ekonomi pada tahun depan bakal turut berdampak peningkatan penyaluran kredit. “Jika kredit mengalir lebih cepat, bank-bank akan perlu dana dan itu bisa berakibat pada price war,” jelas Iman.

Tahun ini, BTN sendiri memasang target akan mencatatkan komposisi dana murah sebesar 51%. Kendati begitu, menurut Iman, posisi tersebut nampaknya belum akan tercapai pada tahun ini mengingat perlu adanya peningkatan fasilitas transactional banking yang setara dengan bank BUKU 4.

Untuk tahun depan, dengan target penghimpunan DPK di level 19%-21%, Iman memproyeksi komposisi dana murah perseroan akan naik ke level 60%.

“Apalagi ATM [anjungan tunai mandiri] kami sudah terintegrasi dan kami juga sudah ada internet banking dan mobile banking. Jadi kami harapkan service kami sudah sama dengan bank BUKU 4 lain, sehingga otomatis CASA [current account saving account] kami naik.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper