Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG - Transaksi nontunai di Jawa Barat terus mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, fasilitas & produk dan gencarnya kampanye oleh Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan data Bank Indonesia, transaksi nontunai dari sektor ritel sepanjang 2015 mencapai Rp232,6 triliun, naik 7,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan untuk transaksi nontunai transfer skala besar pada 2015 naik 3,1%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Rosmaya Hadi mengemukakan transaksi nontunai di Jabar ini masih didominasi oleh kalangan Industri.

Gerakan nontunai sendiri telah digarap Bank Indonesia sejak 14 Agustus 2014 lalu. Dalam pelaksanaannya diakui memang banyak kendala.

Rosmaya mencontohkan saat penggantian sistem pembayaran di salah satu angkutan massal dari tunai ke nontunai, Bank Indonesia sempat mendapat kecaman dari sebagian kalangan.

“Mereka menolak beralih ke transaksi nontunai karena merasa belum mendapatkan sosialiasai. Padahal, Bank Indonesia sudah memberikan sosialisasi selama tiga bulan sebelumnya,” katanya, Kamis (21/1) petang.

Berdasarkan data tahun 2013, transaksi di Indonesia masih menggunakan uang tunai mencapai 99,4%. Ini berbeda jauh dengan Singapura yang hanya 55,5%.

Menurut Rosmaya, penggunaan uang tunai cukup merugikan Indonesia sebab mencakup sejumlah hal mulai perencanaan, peredaran. Bahkan, harus ada pemusnahan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Selain itu, katanya, penggunaan uang tunai menyulitkan BI dalam mencatat transaksi yang terjadi. “Kalau transaksi tunai tidak tercatat transaksinya. Kalau dengan nontunai transaksi kemanapun bisa terlacak,” ujarnya.

Rosmaya mengatakan Bank Indonesia akan terus berusaha memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Jabar terkait mengenai gerakan nontunai. Pada 2015, BI sudah melakukan edukasi sebanyak 124 kegiatan dengan cara masuk ke berbagai kelompok masyarakat seperti sekolah.

Rosmaya optimisis gerakan nontunai ini akan semakin meningkat apalagi dengan dukungan perbankan yang juga terus mengenalkan produk-produk nontunai mereka. Dengan cara itu, menurutnya, suatu saat Indonesia akan mencapaie efisiensi secara nasional.

“Bank Indonesia selalu melakukan edukasi bersama. Bank Indonesia harus bersikap sebagai regulator. Sedangkan bank-bank jadi PR-nya, menjual produk-produk [nontunai mereka]. Komitmen itu terus ada, jadi edukasi terus akan kita lakukan terus menerus.”

Salah satu unit usaha yang sedang melonjak secara bisnis adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Sektor usaha ini ini juga menjadi sasaran gerakan nasional nontunai.

Sebanyak 150 pelaku UMKM mendapatkan edukasi terkait transaksi nontunai ini yang digelar Bank Indonesia bersama Perhumas Bandung yang memberikan materi terkait kehumasan.

Ketua Perhumas Bandung sekaligus Head of Corporate Communication PT Bio Farma N. Nurlaela Arief mengatakan selain memberikan inspirasi kepada UMKM terkait kehumasan pelaku UMKM ini memang sudah paham dan terbuka terhadap sistem pembayaran mutakhir seperti pembayaran nontunai.

Hal itu, katanya, akan membuat daya saing dan pelayanan UMKM kepada kliennya akan semakin meningkat.

Di sisi lain, agar mampu bersaing di tingkat lokal dan global UMKM juga harus mampu meningkatkan inovasi hasil produk, memahami customer, memiliki jejaring yang baik, termasuk mengelola hubungan dengan media serta menggunakan saluran komunikasi efektif melalui media sosial.

E-Commerce menjadi salah satu bagian dari gerakan nontunai yang harus diperhatikan. E-commerce sendiri telah ada di Indonesia sejak tahun 1996, kemudian mulai digalakkan kembali saat BI membuat gerakan nasional non tunai.

Kepala Divisi Corporate Secretary Bank BJB Hakim Putratama mengatakan e-commerce sudah mulai dikenal masyarakat, terutama masyarakat di kota-kota besar.

Dia menilai masyarakat saat ini sudah mengenal e-commerce sebagai bentuk transaksi nontunai, tidak melulu hanya ATM atau kartu kredit saja.

“Gerakan nasional nontunai itu tidak hanya bicara kredit, atau ATM saja. Menurut saya untuk kota-kota besar sudah banyak mulai orang mengetahui e-commerce ini,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper