Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2016, Askrindo Bidik Laba Bersih Rp1,3 Triliun

PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) menargetkan perolehan laba bersih senilai Rp1,3 triliun sepanjang 2016.
PT Askrindo. /Bisnis.com
PT Askrindo. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) menargetkan perolehan laba bersih senilai Rp1,3 triliun sepanjang 2016.

Antonius CS Napitupulu, Direktur Utama Askrindo, optimistis pihaknya mampu merealisasikan target tersebut kendati kinerja ekonomi nasional belum akan meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu.

Menurutnya, bisnis asuransi kredit pada tahun ini akan dapat digenjot pada sektor infrastruktur. Di sisi lain, jelasnya, sektor minyak dan gas masih belum akan bertumbuh signifikan seperti tahun lalu.

Karena itu, dia masih meyakini pihaknya mampu merealisasikan pertumbuhan laba yang bertumbuh 30% dibandingkan perolehan laba bersih pada 2015. “Target [laba bersih] Rp1,3 triliun. Kami optimistis bisa meningkat lagi meski tantangan ekonomi masih ada,” ungkapnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Antonius mengungkapkan hingga akhir 2015 pihaknya berhasil merealisasikan laba bersih sekitar Rp1 triliun. Realisasi itu bertumbuh sekitar 49,25% dibandingkan laba bersih sepanjang 2014 yang tercatat sebesar Rp670 miliar.

Dia menjelaskan realisasi laba bersih itu terutama berasal dari lini bisnis asuransi kredit menengah dan penjaminan proyek atau suretyship. Menurut dia, penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) mengalami penurunan sebab program pemerintah itu baru dimulai lagi pada September 2015. “Kinerja kami dominan berasal dari core business kami, yakni asuransi kredit dan penjaminan KUR,” ujarnya.

Antonius mengatakan dampak perlambatan ekonomi cukup terasa di sektor asuransi kredit pada tahun lalu. Berdasarkan catatan Bisnis, kondisi itu membuat klaim asuransi kredit Askrindo sampai November 2015 tercatat sebesar Rp1,4 triliun atau meningkat diatas 100% year to date.

Lonjakan klaim masih disumbang oleh segmen mikro, baik di lini bisnis KUR maupun Non KUR. Segmen tersebut menyumbang 60% dari total klaim. Pasalnya, mayoritas debitur segmen mikro adalah pedagang yang kewajiban membayarnya tersendat akibat perlambatan ekonomi.

“Masih dipengaruhi oleh NPL [non performing loan]perbankan yang tinggi karena ekonomi saat ini jadi berpengaruh,” jelas Antonius.

Karena itu, Antonius berharap pada tahun ini ekonomi tumbuh lebih baik sehingga kredit perbankan tumbuh positif dan rasio klaim lebih terkendali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper