Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi DPLK di Deposito Melesat Sepanjang 2015

Porsi investasi dana pensiun lembaga keuangan pada instrumen deposito berjangka sepanjang 2015 melesat lantaran pelaku cenderung berhati-hati.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Porsi investasi dana pensiun lembaga keuangan pada instrumen deposito berjangka sepanjang 2015 melesat lantaran pelaku cenderung berhati-hati.

Namun, tahun ini pelaku disarankan berani mengubah portofolio investasi karena masih ada instrumen menarik lainnya.

Ikhtisar data keuangan dana pensiun per Desember 2015 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan alokasi dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) pada instrumen deposito berjangka sebesar Rp28,47 triliun, atau mencapai 60,12% dari total investasi DPLK yang tercatat Rp47,36 triliun pada akhir tahun lalu.

Padahal, pada 2014 porsi instrumen deposito berjangka hanya 43,95% atau senilai Rp20,81 triliun dari total nilai investasi DPLK yang mencapai Rp35,11 triliun.

Nur Hasan Kurniawan, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), menjelaskan dalam tiga tahun terakhir deposito berjangka memang menjadi instrumen utama yang dipilih peserta DPLK.

Menurutnya, porsi investasi DPLK yang ditanamkan pada instrumen tersebut seharusnya bisa mencapai kisaran 70%.

“Kalau DPLK memilih deposito memang tidak banyak berubah dari waktu ke waktu. Perhitungan saya bahkan sampai 70% porsinya, tidak berubah dalam tiga tahun terakhir,” ujar Nur Hasan kepada Bisnis, baru-baru ini.

Dia mengatakan adanya pergeseran porsi investasi sebagaimana tercatat pada laporan OJK itu memang sangat terkait dengan karakteristik sektor DPLK, di mana instrumen investasi pada industri itu sepenuhnya menjadi pilihan peserta.

Nur Hasan mengungkapkan peserta DPLK cenderung memilih instrumen dengan risiko yang minim. Di samping itu, dana pensiun yang ditanamkan ke DPLK umumnya merupakan cadangan pesangon dari pemberi kerja. “DPLK dijadikan alat net off cadangan pesangon oleh pemberi kerja sehingga investasi diarahkan pada instrumen dengan risiko sangat kecil.”

Kendati demikian, Nur Hasan mengatakan pihaknya terus memberikan masukan kepada peserta DPLK agar mendiversifikasi instrumen investasi.

Apalagi saat ini terdapat sejumlah instrumen investasi dengan potensi imbal hasil lebih tinggi serta risiko tergolong minim yang dapat dipilih para pengelola. Salah satu contoh instrumen itu ialah surat berharga negara (SBN).

“Itu sudah menjadi pola atau kecenderungannya. Industri DPLK ingin mencari tempat yang aman, tetapi juga bisa setidaknya mencari keuntungan lebih,” ujarnya.

Dia memperkirakan pada tahun ini komposisi investasi DPLK tidak akan banyak berubah. Portofolio investasi industri masih akan dominan di pasar uang, khususnya pada instrumen deposito berjangka.

Data OJK juga mencatat per Desember 2015 dana kelolaan DPLK telah mencapai Rp48,03 triliun atau tumbuh sekitar 34,57% dibandingkan dengan 2014 yang tercatat sebesar Rp35,69 triliun.

Pada periode yang sama nilai investasi DPLK tumbuh 34,90%, yakni dari Rp35,11 triliun menjadi RpRp47,36 triliun pada akhir 2015.

Selain deposito berjangka, OJK mencatat instrumen lain yang mendominasi portofolio investasi DPLK ialah SBN dan obligasi korporasi, yakni masing-masing sebesar 18,26% dan 11,62% dari nilai total investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper