Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Lalu, Premi Industri Asuransi Jiwa Tumbuh 5,8%

Industri asuransi jiwa mencatat pertumbuhan premi sebesar 5,8% atau menjadi Rp128,6 triliun sepanjang tahun 2015.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Industri asuransi jiwa mencatat pertumbuhan premi sebesar 5,8% atau menjadi Rp128,6 triliun sepanjang tahun 2015.

Berdasarkan data yang dirilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) tercatat total pendapatan premi industri asuransi jiwa pada tahun lalu mengalami pertumbuhan sebesar 5,8% yaitu dari Rp121,62 triliun menjadi Rp128,66 triliun.

Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menyatakan pertumbuhan tersebut didorong dari kenaikan pendapatan premi lanjutan yang cukup signifikan yaitu sebesar 12,9%. Secara terperinci premi bisnis baru sepanjang 2015 tercatat tumbuh 0,6% atau mencapai Rp70,42 triliun, sedangkan premi lanjutan tumbuh 12,9% menjadi Rp58,24 triliun.

“Pada tahun ini total pendapatan premi diproyeksikan bisa tumbuh sebesar 20%, yang proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin membaik atau berada di pada kisaran diatas 5%, sehingga daya beli masyarakat terhadap produk asuransi kembali meningkat,” kata Hendrisman di sela-sela paparan kinerja industri asuransi jiwa tahun 2015, Rabu (23/3/2016).

Sementara itu, total pendapatan industri asuransi jiwa justru tercatat mengalami penurunan 20,9% yaitu dari Rp167,76 triliun menjadi Rp132,74 triliun. Hendrisman mengungkapkan penurunan pendapatan tersebut dipengaruhi oleh pendapatan hasil investasi yang anjlok hingga 104,1%.

Berdasarkan catatan kinerja industri asuransi jiwa sepanjang tahun 2015 yang dirilis AAJI, menunjukkan bahwa nilai investasi dari 51 perusahaan asuransi jiwa ialah –Rp1,66 triliun atau turun 104,1% dibandingkan hasil investasi pada 2014 lalu yaitu Rp40,83 triliun. Akan tetapi, penurunan tersebut tidak sedalam angka pada kuartal III/2015 yang penurunannya mencapai 152,7%.

Upaya peralihan portofolio investasi berhasil mencegah penurunan hasil investasi terperosok lebih dalam. Akan tetapi, penurunan tetap terjadi, karena imbal hasil pada instrumen lain tidak setinggi imbal hasil yang diperoleh dari instrumen saham pada 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper