Bisnis.com, SURABAYA – Tahun ini Bank Indonesia masih terus fokus dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi penggunaan Layanan Keuangan Digital (LKD) mengingat 97% masyarakat Indonesia masih gemar menggunakan uang tunai.
Deputy Director, Senior Analist Electronification and Financial Inclusion Program, Bank Indonesia, Ricky Satria mengatakan tahun ini tidak ada target harus mencapai berapa persen masyarakat pengguna LKD karena tidak mudah mengubah budaya dan mind set masyarakat dengan cepat. Selain itu, LKD baru digencarkan sejak 2 tahun ini.
“Sekarang ini kami masih harus terus melakukan edukasi dan mengembangkan sistem teknologi dan membentuk jaringan lebih luas agar pengguna LKD ini terus tumbuh,” katanya di sela-sela acara Public Outreach activation E-Commerce dan upaya peningkatan layanan pemasaran produk UKM-Koperasi, Selasa (29/3/2016).
Dia memaparkan saat ini pengguna LKD dari sumber layanan perbankan sekitar 1,2 juta rekening secara nasional, sedangkan dari operator telekomunikasi mencapai 45 juta akun.
“Memang dari sektor telekomunikasi ini penggunanya lebih banyak penggunanya tidak harus memiliki rekening di bank,” jelasnya.
Anggota DPR Komisi XI, Indah Kurnia mengungkapkan penggunaan uang tunai di Indonesia masih sangat besar yakni 97%. Jika dibandingkan dengan Thailand juga penggunaan uang tunai masih 90%, sedangkan di Singapura sudah mulai banyak yang menggunakan uang elektronik.
“Langkah untuk menuju penggunaan uang elektronik atau digital, transaksi elektronik e-commerce ini dilakukan karena banyak alasannya salah satunya biaya cetak uang tunai dan distribusi itu mencapai Rp 3 triliun/tahun., belum lagi biaya penghancuran uang tunai yang rusak,” jelasnya.
Selain itu, imbuhnya, uang kertas juga mudah rusak dan mudah menularkan penyakit lantaran dipegang oleh banyak orang dari satu tangan ke tangan lain.
“Saya menghimbau agar masyarakat, anak muda khususnya yang punya smartphone ayo gunakan tidak hanya untuk sosial media tapi juga transaksi elektronik karena lebih berguna,” katanya.