Bisnis.com, JAKARTA, PADANG— Manajemen Bank Nagari alias PT BPD Sumatra Barat optimistis kinerja penyaluran kredit tahun ini bakal optimal mengingat mulai pulihnya perekonomian didorong kebijakan percepatan belanja pemerintah dan pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia.
Hendri, Direktur Kredit dan Syariah Bank Nagari meyakini target penyaluran kredit perseroan di kisaran 12,2% bisa tercapai di akhir tahun, bahkan berpotensi lebih jika pemulihan ekonomi berjalan sesuai rencana.
“Sejauh ini kami lihat peluangnya bagus, bisa tercapai lah. Nanti Juni kan evaluasi lagi apakah (target) naik atau turun,” katanya kepada Bisnis.
Menurutnya, peluang pertumbuhan kredit bakal lebih optimal jika perseroan disetujui pemerintah untuk menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) di daerah itu.
Apalagi, kebutuhan permodalan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah itu terbilang besar, mengingat kontribusi sektor tersebut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Sumbar yang mencapai 60%.
“Peluangnya (salurkan KUR) masih, kami masih tunggu kebijakan pemerintah. Semoga Mei nanti disetujui,” ujar Hendri.
Untuk diketahui Bank Nagari tidak termasuk dalam daftar delapan BPD yang ditunjuk pemerintah untuk menyalurkan KUR tahun ini. Penyebabnya, rasio kredit bermasalah atau non performing loan/NLP sektor UMKM bank tersebut masih dianggap tinggi.
Sejak program KUR diluncurkan pada 2007 lalu, Bank Nagari sudah menyalurkan hingga Rp2,1 triliun dengan outstanding kredit yang masih bergulir Rp700 miliar. Jumlah itu sudah menjangkau 56.000 nasabah atau dengan rerata kredit mencapai Rp37 juta per nasabah.
Adapun, manajemen Bank Nagari menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 12,2% atau menjadi Rp16,37 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp14,59 triliun, dengan pertumbuhan rerata perseroan di kisaran 13%.
Tahun lalu, kredit bank tersebut hanya tumbuh 7,4% dari target rencana bisnis bank (RBB) yang diajukan ke regulator sebesar 11% atau tidak tercapai karena tekanan ekonomi dan melemahnya harga komoditas petani.
Sementara itu, kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dipatok tumbuh 14,9% menjadi Rp16,79 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp14,6 triliun, mengingat potensi pertumbuha dana murah yang terbilang besar.
Aset ditargetkan tumbuh 10,9% menjadi Rp21,67 triliun dari Rp19,54 triliun, sehingga perseroan mematok laba tumbuh 9% menjadi Rp354 miliar dari tahun sebelumnya Rp325 miliar.