Mengapa masyarakat belum bisa membebaskan diri dari kemiskinan? Mari kita membahas dari ilmu perilaku uang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Banyak orang menyamaratakan kebaikan dengan pemberian atau semacam sedekah. Artinya, kalau kita berinisiatif baik, maka seperti pemberian, jangan diomongkan, dilupakan saja, jangan diberitahukan kepada orang lain.
Nah, konsekuensinya, otomatis kadangkala ketika kita pun "menerima" kebaikan orang lain, maka kita pun lupa. "Sudah jangan pamrih, jangan diingat." Bagi kita menerima kebaikan lalu menganggap itu pemberian, maka kita pun melengos pura~pura lupa.
Ada pelesetan bahasa Jawa unik untuk menggambarkannya:
"Teman dibilang konco,
Makan jadi mangan,
Utang jadi lali..."
Mana yang lebih sering terjadi bila kita transfer kepada teman baik, misalnya Rp1.000.000?
a. Dia ingat, dan datang silaturahim
b. Dia lupa, nomor whatsapp di delete,
c. Dia menghindar, takut ditagih pamrih balas budi
Ayooooo, pengalaman Anda bagaimana?
2. Rezeki itu sudah diajarkan petunjuk oleh Tuhan. Itu sudah diucapkan setiap hari. Tapi semuanya lupa. Rezeki itu apa? Rezeki itu, menurut saya, kuncinya tiga:
a. Damai
b. Rahmat ampunan
c. Berkah, direstui
Jadi, rezeki itu adalah Rahmat ampunan. Berbeda dengan pemberian yang meninggalkan ego. Rahmat adalah mengampuni, menerima,menolong pihak lain. Sedangkan pemberian itu tidak mengikat, Rahmat itu mengikat:
Jadi kalau ada orang bertanya, "Ke mana ya mencari rezeki?"
Lho, selama ini siapa yang pernah menolongmu, membantumu, memberi kebaikan padamu?
"Ah, mana ada di dunia ini yang gratis. Si kaya juga bisanya nyuruh." Jadi ketika ada orang memberi kita opportunity sikap kita biasa nego.
Ada yang bilang begini: "Pak coba kalau ngirim barang dari bogor ke Bekasi bisa?"
Dijawab: "Bisa Pak, biaya ya sekian sekian."
Rata~rata kita menyikapi opportunity dengan nego. Bagi atasan pun ketika anak buah loyal, khan udah dapat gaji? Jadi, kita pun buta dengan Rahmat, semua ada negosiasi.. Jadi kita menginginkan kebaikan yang gratis, itu hak fakir.
Penulis
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang", "Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis" yang baru terbit. goenardjoadi @ gmail.com
EDUKASI DUIT: Menyikapi Orang yang Berhutang dan Pemberi Hutang
Mengapa masyarakat belum bisa membebaskan diri dari kemiskinan? Mari kita membahas dari ilmu perilaku uang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Goenardjoadi Goenawan
Editor : Setyardi Widodo
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
30 menit yang lalu
Dirut Bank Mandiri Soroti Peran Indonesia di Perubahan Iklim Global
40 menit yang lalu
CNAF Targetkan Pembiayaan Kendaraan Bekas Rp6 Triliun pada 2025
47 menit yang lalu
KPR Bank Mandiri (BMRI) Rp67,3 Triliun, Tumbuh 16,6% per November 2024
55 menit yang lalu