Bisnis.com, JAKARTA - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) berencana membangun dua pembangkit listrik, masing-masing bertenaga hidro dan ampas tebu.
Proyek pertama adalah pembangunan pembangkit listrik minihidro senilai Rp450 miliar di Solok Selatan, Sumatra Barat dengan kapasitas 15,6 MW. Adapun potensi kapasitas yang dapat digarap mencapai 56 MW.
Saat ini, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sedang mengurus power purchase agreement (PPA) dengan PT PLN (Persero). Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) B. Didiek Prasetyo menuturkan pihaknya menggandeng PT Brantas Abipraya (Persero) dalam proyek ini.
“Nanti kami sinergi dengan mereka. Brantas tunjuk PT Brantas Energi, kami tunjuk PT Mitra Kerinci. Nanti anak-anak perusahaan ini yang jalan,” terangnya, Kamis (12/5/2016).
Dalam joint venture (JV) tersebut, RNI memegang porsi mayoritas yakni sebesar 55%. Perseroan mengharapkan pembangunan proyek tersebut dapat dimulai tahun ini sehingga pada 2017 sudah bisa mengaliri listrik di wilayah sekitar Mitra Kerinci. Perusahaan itu adalah anak usaha RNI yang bergerak di perkebunan teh.
Pembangkit listrik ini disebut dapat menekan harga pokok produk teh RNI hingga 30%-40% dari yang saat ini berkisar Rp13.000 per kilogram. Selain untuk memenuhi kebutuhan pabrik, kelebihan listriknya akan disalurkan ke masyarakat di sekitar kawasan perkebunan teh perseroan.
Adapun proyek power plant kedua berlokasi di Jati Tujuh, Cirebon. Didiek menyatakan pembangkit listrik itu nantinya menggunakan energi dari ampas tebu. “Sekarang kami sedang penjajakan dengan mitra. Mitranya belum bisa kami sebutkan dulu dan sekarang kami proses kajian kelayakan,” jelasnya.
RNI mengharapkan pembangkit listrik tersebut sudah beroperasi pada 2018. Namun, perseroan mengaku belum mengetahui perkiraan nilai investasi maupun kapasitas power plant itu.
Perseroan sebelumnya berniat membangun pabrik bioetanol di Cirebon. Namun, niatan itu diurungkan lantaran harga minyak masih rendah.