Bisnis.com, JAKARTA – PT Lippo General Insurance Tbk., mencatatkan kerugian Rp84,64 miliar hingga triwulan III/2016. Sementara premi tercatat sebesar Rp877,68 miliar. Jumlah ini tumbuh tipis 1,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski premi tumbuh, kinerja perusahaan mengalami tekanan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan triwulan III/2016 yang dikutip Senin (31/10/2016) klaim bruto Lippo General Insurance (LPGI) naik dari Rp512,34 miliar menjadi Rp651,66 miliar pada akhir September 2016 atau naik 27,19% secara year-on- year (y-o-y).
Sementara jika dilihat persektor, maka penyumbang klaim terbesar bagi LPGI terjadi pada sektor asuransi kebakaran. Klaim lini ini membengkak 53,12% dari Rp80,19 miliar menjadi Rp122,80 miliar.
Penyumbang klaim lain adalah asuransi kesehatan. LPGI mencatat klaim ini naik 22,44% dari Rp364,20 miliar menjadi Rp445,92 miliar. Sektor lain-lain juta turut menyumbang membesarnya beban klaim LPGI hingga akhir triwulan III/2016. Klaim pada sektor lainnya ini naik dari Rp10,78 miliar menjadi Rp25,28 miliar.
Namun, secara keseluruhan beban underwriting perusahaan naik 13,88% dari Rp509,60 miliar menjadi Rp580,34 miliar. Pengurangan ini karena sebagian risiko dialihkan ke reasuransi. Meningkatnya beban ini membuat LPGI membukukan kerugian Rp84,64 miliar. Selain disumbang kerugian usaha, perusahaan juga mencatatkan kerugian belum direalisasikan Rp81,64 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp18,11 miliar.
Padahal pada 30 September 2015 jaringan usaha Lippo Group ini membukukan laba Rp27,69 miliar. Dengan capaian ini aset perusahaan juga mengalami penurunan dari Rp2,22 triliun menjadi Rp2,12 triliun.
Agus Benjamin, Presiden Direktur LPGI, hanya membaca pesan elektronik yang bisnis kirimkan tanpa membalasnya, namun dalam kesempatan terpisah dia mengatakan bisnis pada tahun ini terasa lebih berat dibandingkan dengan ekspektasi. Meski masih mencatatkan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya banyak pembeli polis yang meminta tarif lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
Agus mengatakan banyak pembeli polis yang memilih menunggu. Kalaupun bisnis dilakukan, perusahaan memilih meningkatkan efisiensi termasuk kemungkinan melakukan negoisasi pertanggungan asuransi.
Lebih lanjut dia mengharapkan pertumbuhan ekonomi dapat segera pulih seperti ekspektasi pemerintah. LPGI sendiri, kata dia menargetkan seluruh bisnis dapat tumbuh. Meski begitu perusahaan tetap menggandalkan asuransi kesehatan sebagai penopang utama.
“Health kami menyumbang lebih dari 50%” katanya.
Yasril Y. Rasyid , Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengatakan tekanan terjadi pada industri asuransi umum. Pada awalnya pertumbuhan premi hingga akhir 2016 ditarget bisa mencapai 15--20%. Namun, beberapa indikator yang diperkirakan bisa memacu kinerja industri capaiannya justru tidak sesuai dengan harapan pelaku industri.
"Tahun ini pertumbuhan premi sepertinya akan lebih rendah dari proyeksi awal, karena pertumbuhan ekonomi tidak sesuai harapan yang awalny diperkirakan bisa di atas 5%, tetapi saat ini masih berada di kisaran 4,7--4,8%," kata Yasril.
Terkait penjelasan dari pihak Lippo, silakan klik Soal Kerugian Komprehensif, Ini Penjelasan Presdir Lippo General Insurance.