Bisnis.com, PADANG—Otoritas Jasa Keuangan memperkirakan penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan di Sumatra Barat bisa tumbuh hingga 12% tahun ini, guna menstimulus pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut.
Indra Yuheri, Kepala OJK Perwakilan Sumbar mengatakan setelah mengalami tekanan hebat sepanjang tahun lalu, pihaknya meyakini kinerja perbankan akan membaik, seiring kebijakan pemulihan ekonomi.
“Lebih optimistis tahun ini. Kami perkirakan untuk kredit bisa tumbuh 10%--12%, jauh lebih baik dari 2016,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (13/2/2017).
Dia menyebutkan penyaluran kredit tahun lalu hanya tumbuh 7,6% dari Rp42,46 triliun menjadi Rp45,68 triliun. Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh tipis 5,78% menjadi Rp36,31 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp34,33 triliun. Aset tumbuh 7,22% dari Rp55,38 triliun menjadi Rp59,38 triliun.
Penyaluran kredit ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bahkan hanya tumbuh 2,86% menjadi Rp14,03 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,64 triliun.
Rendahnya pertumbuhan kredit UMKM itu, salah satunya dipicu pagu penyaluran KUR kepada perbankan milik pemda tertahan yakni Bank Nagari selama tiga kuartal pertama tahun lalu. Padahal sebelumnya Bank Nagari menjadi bank utama penyalur kredit usaha rakyat (KUR) di daerah tersebut bersama BRI, BNI dan Bank Mandiri.
Bank milik pemda Sumbar tersebut, baru mendapatkan pagu KUR dengan subsidi bunga dari pemerintah sebesar Rp100 miliar pada September 2016 untuk pembiayaan di sektor pertanian dan perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Selain itu, perbankan memang mengerem laju penyaluran kredit ke sektor UMKM mengingat naiknya rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan/NPL sektor tersebut yang mencapai 7,41% per Oktober tahun lalu.
Adapun, secara keseluruhan NPL perbankan di Sumbar masih terjaga di level 2,94%, dengan rasio intermediasi atau loan to deposit ratio/LDR bank umum 127,24% dan LDR BPR sebesar 89,61%.
Indra meyakini mulai pulihnya ekonomi dalam negeri akan mendorong peningkatan pembiayaan perbankan ke sektor UMKM di Sumbar. Apalagi pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun ini dipreksi 5,3% --5,7% di atas pertumbuhan tahun lalu yang hanya 5,26%.
Anggota Dewan Komisioner merangkap Ketua Dewan Audit OJK Ilya Avianti mendorong pelaku industri keuangan di daerah meningkatkan penyaluran kredit ke sektor produktif untuk menggerakkan pertumbuhan.
“Untuk Sumbar potensi UMKM-nya masih sangat bagus. Ayo, industri keuangan harus modal usaha rakyat, ke Minang Mart, pertanian, kerajinan bordir, ke usaha-usaha prioritas,” ujarnya.
Dia mengatakan OJK mendorong kebijakan yang memudahkan pengembangan sektor usaha guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar meminta perbankan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor produktif dan mengurangi porsi kredit konsumtif untuk menjaga momentum pengembangan sektor usaha.
“Ekonomi Sumbar itu digerakkan oleh UMKM, yang membutuhkan penguatan modal. Kami minta bank-bank lebih meningkatkan penyaluran kredit produktif,” katanya.
Dia menyebutkan sektor UMKM di daerah itu juga didominasi usaha mikro dengan persentase mencapai 84% dan usaha kecil 14% dengan rasio kredit macet sangat rendah. Sedangkan usaha menengah hanya 1,5% dan usaha skala besar bisa dibilang tidak ada.