Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pelayaran milik negara PT Djakarta Lloyd berharap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui usulan pemerintah melakukan penyertaaan modal negara (PNM) nontunai sebesar Rp379,3 miliar.
Direktur Utama Djakarta Lloyd, Suyoto mengatakan PMN nontunai yang diusulkan pemerintah untuk perseroan merupakan konversi utang ke saham. Utang tersebut merupakan pengalihan utang milik PT PANN (Persero) ke perseroan yang dilakukan pada 1998. "Sebetulnya PMN ini hanya untuk perbaikan pembukaan, kami ingin jadi ekuitas dari sebelumnya utang," jelas Suyoto kepada Bisnis.com, Senin (17/7/2017).
Suyoto menerangkan, dengan PMN, struktur modal perseroan bisa lebih solid sehingga bisa melanjutkan ekspansi dengan menggalang dana pinjaman dari perbankan. Penolakan usulan PMN dikhawatirkan bisa menghambat rencana ekspansi Djakarta Lloyd. Padahal, perseroan baru saja lolos dari jerat utang setelah merampungkan restrukturisasi utang dalam lima tahun terakhir.
Sebagaimana diketahui, Komisi VI DPR yang menjadi mitra kerja badan usaha milik negara (BUMN) memutuskan untuk melakukan pendalaman terkait rencana penyertaan modal negara ke Djakarta Lloyd dan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Keputusan itu merupakan salah satu simpulan dari rapat kerja Komisi VI bersama pemerintah pada 13 Juli 2017 lalu.
Suyoto menuturkan, bila rencana PMN nontuani dikabulkan, ekuitas perseroan bakal naik menjadi sekitar Rp424 miliar. Pasalnya, hingga saat ini ekuitas perusahaan yang sudah beroperasi sejak 1950 itu telah mencapai Rp45 miliar.
Selain itu, operasional perseroan, menurut Suyoto, juga lebih leluasa karena telah mendapat surat keterangan tidak dipungut (SKTD) sehingga pembelian kapal bakal dibebaskan dari pajak pertambahan nilai dan pajak impor. Alhasil, tambahan modal lewat konversi utang bakal mendongkrak ekuitas sehingga perseroan dimungkinkan meraup pinjaman lebih besar.
Rencananya, Djakarta Lloyd bakal mengajukan pinjaman hingga Rp800 miliar untuk menambah armada. Perseroan yang hampir bangkrut karena terlilit utang ini akan menambah dua kapal kargo kelas handymax dan 12 kapal tunda mulai tahun ini secara bertahap guna menopang ekspansi usaha.
Saat ini, Djakarta Lloyd mengoperasikan dua kapal kargo. Satu kapal digunakan lewat skema barbout atau disewa dengan opsi dimiliki sedangkan sisanya merupakan kawal sewaan. Suyoto menyebut, perseroan perlu menambah kapal baru karena tengah dalam penjajakan kontrak dengan sejumlah perusahaan.