Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. atau BTPN pada paruh pertama tahun ini membukukan laba bersih setelah pajak senilai Rp935 miliar, naik tipis 2% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp918 miliar.
Hal itu dikemukakan Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (24/7/2017).
“Jika tidak memperhitungkan investasi baru, sejatinya laba mencapai Rp1,25 triliun atau tumbuh 18%,” tuturnya.
Kenaikan laba BTPN ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp61,6 triliun menjadi Rp66,3 triliun.
Pertumbuhan kredit mendorong kenaikan aset BTPN menjadi Rp97 triliun, angka itu meningkat sebesar 11,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp86,7 triliun.
Jerry menyatakan, pertumbuhan penyaluran kredit diimbangi oleh prinsip kehati-hatian. Hal itu terlihat dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BTPN sebesar 0,9%. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga pada level 24%.
“Kami bersyukur dengan pencapaian ini yang tidak terlepas dari konsistensi kami dalam melakukan berbagai transformasi dan inovasi guna meningkatkan layanan kepada nasabah,” terangnya.
Guna menyempurnakan inovasi yang dilakukan, selama separuh pertama tahun ini BTPN berinvestasi Rp427 miliar untuk mengembangkan platform digital. Angka ini meningkat 119% dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu Rp195 miliar.
Jerry menyatakan, apabila dihitung sejak tiga tahun terakhir maka perseroan sudah menanamkan investasi lebih dari Rp1,2 triliun untuk mengembangkan layanan perbankan digital.
“Kami optimistis investasi ini memberikan dampak signifikan pada perusahaan di masa mendatang,” kata Jerry.
Aneka inovasi yang dilakukan diklaim sukses dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada perseroan. Hal ini tampak dari total pendanaan (funding) per akhir semester pertama 2017 yang naik 13% dari Rp69,6 triliun menjadi Rp78,5 triliun.
Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga mencapai Rp69,4 triliun atau tumbuh 6% dari periode sebelumnya Rp65,3 triliun. Adapun untuk komposisi pinjaman bilateral dan obligasi membukukan Rp9 triliun atau meningkat 113%.