Bisnis.com, JAKARTA -- Komite Nasional Keuangan Syariah diharapkan dapat memperkuat permintaan dari sektor riil ekonomi syariah.
Menteri Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan bank-bank syariah di Indonesia tidak sebesar bank konvensional karena lemahnya permintaan dari sektor riil. Karena itulah penguatan permintaan dari sektor riil ekonomi syariah bakal menjadi prioritas kerja Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dalam beberapa tahun mendatang. Contoh usaha sektor riil syariah yakni halal tourism.
"Nah, kalau sektor riil berkembang, wirausaha terutama muslim berkembang dengan pesat, maka dengan sendirinya mereka akan membutuhkan pembiayaan dan otomatis mereka cari pembiayaan yang syariah. Jadi, bagaimana menciptakan demand terhadap industri keuangan syariah, dengan sendirinya industri keuangan syariah menjadi besar," kata Bambang, Kamis (27/2017).
Dibandingkan dengan negara lain, industri keuangan syariah di Indonesia lebih kecil dari negara lain. Ambil contoh, pasar perbankan syariah.
Pada 2016 pasar perbankan syariah baru mencapai 5,3% terhadap seluruh aset industri perbankan nasional. Angka ini jauh di bawah pasar keuangan syariah di Arab Saudi sebesar 51,1%, Malaysia 23,8%, dan Uni Emirat Arab yang mencapai 19,6%.
Bambang yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pengarah KNKS mengatakan menjelaskan target KNKS ke depan bukan soal memperbesar aset industi keuangan syariah, melainkan kontribusi ekonomi syariah terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Berapa besar porsi GDP yang bisa dikontribusikan oleh ekonomi syariah, itu yang mau kami dorong dan kami buat menjadi sesuatu yang lebih sistematis, artinya orang terbiasa untuk masuk ke industri-industri yang dikategorikan sebagai ekonomi syariah," ucapnya.
Menurutnya, KNKS akan memetakan industri syariah dari sisi sektoral untuk dapat mendorong penguatan sektor riil syariah. Ini juga termasuk peluang usaha syariah yang bisa melibatkan banyak wirausaha.