Bisnis.com, JAKARTA — Dalam tulisan di South China Morning Post, ada sebuah artikel yang menyebut bahwa semua orang mungkin pernah berkhayal dalam hidupnya untuk menjadi orang kaya mendadak dari harta warisan.
Akan tetapi ternyata, harapan tersebut kini tak hanya mimpi semata. Orang terkaya asal China sedang mencari penerus kerajaan bisnisnya yang bernilai HK$ 712 miliar atau setara dengan Rp 1.221,27 triliun (kurs HK$ 1 = Rp 1.715), setelah anaknya menolak warisan tersebut.
Wang Jianlin (62), Founder dan CEO Dalian Wanda Group Co, yang bisnisnya meliputi pusat perbelanjaan, taman, klub olahraga, dan biskop mengatakan, kemungkinan besar memilih pengganti yang menjalankan bisnisnya dari kalangan profesional.
"Saya telah meminta anak saya tentang rencana menjadikannya penerus bisnis ini. Namun dia mengatakan tidak ingin hidup mengikuti jejak saya," ucap Wang
Dia melanjutkan, "Mungkin orang-orang muda lebih memilih mencari jalan mereka sendiri. Jadi, akan lebih baik untuk menyerahkan bisnis ini ke manajemen profesional dan kami duduk manis sambil melihat mereka menjalankan perusahaan."
Sementara itu, sebuah survei yang dilakukan oleh Universitas Jiaotong Shanghai menyatakan lebih dari 80% ahli waris China tidak tertarik untuk mengambil kendali bisnis orangtua mereka.
Studi oleh asosiasi perusahaan swasta China juga mengungkapkan beberapa ahli waris memilih menolak karena adanya tekanan, sementara itu lainnya tengah mengejar mimpinya.
Disini tersirat adanya problem pada orang kaya yang sangat pelik melebihi kekayaan Rp1.000 triliun. Apakah itu?
Bagi anak-anak konglomerat mereka dibesarkan dengan semua kenikmatan yang selalu terpenuhi. Akhirnya mereka menjadi haus kemenangan, haus cinta, haus kekuasaan. Akibatnya mereka dibutakan dari kenyataan. Apakah efek samping kekayaan?
1. Kehilangan rasa bersyukur. Setelah minta handphone, minta mobil dipenuhi, minta apartmen dipenuhi maka semuanya tidak ada nilainya. Yang hilang adalah rasa bersyukur. Ini sangat fatal Ketika seseorang kehilangan nilai terhadap barang-barang akhirnya seperti jiwanya kosong. Tidak ada pemenuhan kebutuhan lagi.
2. Keinginan untuk menang sendiri. Penyakit ini disebut Cleopatra complex. Hal pertama yang dilakukan adalah menentang orang tua. Sikap ini merupakan naluri alami disebut Lions cub. Anak-anak singa berlatih dengan menggigit ayahnya. Karena ini naluriah tidak disadari kesalahpahaman antara orang tua dan anaknya.
Orang tua melihat anaknya tidak bertanggung jawab dan tidak mengerti makna kepemimpinan. Ini akan selalu terjadi. Oleh karena itu bahkan kitab suci tidak mengajarkan kekayaan karena yang lebih tinggi nilainya daripada kekayaan adalah rasa bersyukur, empati, rasa berkorban, menolong orang lain. Ini merupakan esensi manusia. Bila Anda memiliki hal ini dan berada di tengah prahara suksesi konglomerat maka Anda sadar betapa besar nilainya kehidupan.
Penulis
Ir Goenardjoadi Goenawan MM
Penulis buku money intelligent dan Kekuasaan itu Key Driving Force Uang
081219819915