Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Bermasalah Mulai Melambat

Perkembangan kredit bermasalah baru perbankan kian menipis bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ketika periode melorotnya harga komoditas. Adapun, sektor usaha yang masih mengalami kenaikan kredit bermasalah saat ini cenderung merata.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan kredit bermasalah baru perbankan kian menipis bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ketika periode melorotnya harga komoditas. Adapun, sektor usaha yang masih mengalami kenaikan kredit bermasalah saat ini cenderung merata.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Achmad Baiquni mengatakan, secara industri, potensi kenaikan NPL baru sudah mulai berkurang. Namun, peluang adanya NPL baru tetap ada, meskipun jumlahnya lebih rendah.

“Kalau dulu kan NPL yang tinggi itu mayoritas berasal dari sektor pertambangan, kalau sekarang sudah cenderung merata,” ujarnya kepada Bisnis pada pekan lalu.

Baiquni pun menuturkan, perseroan tidak terlalu khawatir dengan kondisi NPL secara industri saat ini. Pasalnya, kondisi saat ini sudah lebih baik, tercermin dari tingkat pertambahan NPL baru yang menipis dan merata hampir di semua sektor.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo juga menuturkan, untuk formasi NPL baru masih ada, tetapi dengan nominal yang lebih rendah ketimbang tahun lalu. Hal itu terjadi karena sektor riil yang masih mengalami perlambatan.

“Namun, saya lihat untuk potensi NPL baru tahun ini akan turun sekali, kalau dilihat rasio NPL net secara nasional saja sudah susut mendekati 1%,” tuturnya.

Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juli 2017, pertumbuhan nominal kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) melambat sebesar 4,68% menjadi Rp134,13 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

Sebelumnya, sepanjang 2016, pertumbuhan nominal NPL baru menanjak sebesar 26,95% menjadi Rp128,13 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sepanjang tujuh bulan tahun ini, terdapat 13 sektor usaha maupun non usaha yang mencatatkan perlambatan kenaikan nominal NPL. Lalu, masih terdapat 11 sektor yang masih mengalami kenaikan NPL dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

Sektor usaha yang masih mengalami kenaikan nominal NPL paling besar berasal dari sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor itu mencatatkan kenaikan nominal NPL sebanyak Rp2,39 triliun menjadi totalnya Rp38,18 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper