Bisnis.com, JAKARTA — Rata-rata hal yang paling dihindari oleh bisnis adalah risiko.
Ada teman saya memiliki pabrik premix minuman untuk kafe seperti smoothie. Kadang modal usaha untuk memproduksi beberapa ton bahan premix yang dijual kepada pabrik pengemasan sachet membutuhkan modal kerja sekitar Rp800 juta.
Ketika tagihan jatuh tempo, customer-nya bangkrut, sehingga modal kerja melayang. Kebanyakan hal yang paling sulit dirasakan adalah risiko usaha.
Oleh karena itu mayoritas usaha menengah perlu memahami level ketinggian tertentu yaitu seperti pesawat terbang di atas 35.000 kaki. Mengapa?
Saat hendak berlibur menggunakan pesawat sering kali Anda diajak mengudara pada ketinggian 35.000 kaki (10,600 meter) di atas permukaan laut. Pasti penasaran kenapa harus setinggi itu?
Pasti banyak alasan mengapa harus terbang setinggi angka tersebut. Dan, ini berhubungan dengan keselamatan Anda, jadi enggak usah khawatir ketika berada di atas sana.
Salah satu alasan utama di balik jalur penerbangan adalah udara akan semakin menipis sehingga memudahkan pesawat untuk terbang lebih cepat.
Sebab, saat mengudara di ketinggian rendah oksigen yang didapatkan cukup hanya saja kecepatan melamban, sementara itu jika di ketinggian maksimum, pesawat akan habiskan energi untuk memasok oksigen dan menambah kecepatan.
Bagaimana dengan cuaca di atas sana?
Terbang ratusan kaki dari bawah membuat pesawat biasanya menghindari cuaca buruk. Jadi, ketika Anda melihat pemandangan biru langit di jendela, berarti Anda sedang berada di ketinggian 35.000 kaki.
Cuaca cerah ini jika terbang rendah akan menyebabkan banyak turbulensi, sementara itu di ketinggian 36.000 kaki, akan sedikit terjadinya tubulensi.
Menghindari kepadatan lalu lintas
Terbang tinggi juga berarti pesawat Anda mampu untuk terhindar dari kepadatan lalu lintas di udara. Misalnya saja ada serangga atau burung ketika sedang rendah.
Seberapa dingin?
Semakin tinggi Anda terbang maka akan semakin dingin yang terasa. Jika temperatur sekitar -57°C Anda sedang berada di ketinggian 40.000 kaki. Sedangkan -54°C, Anda sedang berada di ketinggian 35.000 kaki.
Kembali ke laptop, banyak perusahaan menengah skala industry menggeluti customer food service seperti bakery, cafe, dan restoran. Itu seperti terbang dengan resiko menabrak, karena customer-nya mengolah lagi menjadi finish produk.
Jadi kita sebagai pabrik meraba-raba resiko dalam gelap. Produk kita diorder dan diproses lagi, sehingga kita kehilangan jejak missing link. Kita tidak tahu fenomena trend kebutuhan konsumen karena customer kita mengolah lagi.
Ini disebut blind spot, banyak perusahaan tidak bisa melihat inovasi dan improvement. Seolah-olah terbang dalam awan gelap.
Jadi kitapun terkaget-kaget melihat ternyata orderan putus. Seperti orderan peralatan kitchen dan oven di salah satu hypermarket, biasanya order rutin tiap 2-3 bulan tiba-tiba stop.
Penulis:
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Penulis buku seri "Money Intelligent", buku “New Money”, dan e-book "Hidup adalah Pemekaran Berkah"
Dapatkan e-book "Kekuasaan adalah Key Driving Force Uang" [email protected]