Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi atau unit linked berbasis syariah tahun ini diprediksi lebih bergairah.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ahmad Sya'roni mengatakan hal itu akan dipengaruhi tren suku bunga yang relatif lebih rendah dari tahun lalu.
Selain itu, pola investasi dan kebutuhan proteksi yang ditawarkan unit linked masih menjadi daya tarik utama produk nontradisional ini.
"Saya kira investasi di unit linked [syariah] masih akan lebih bergairah karena instrumennya tidak hanya dari sisi deposito, jadi lebih menjanjikan," kata Sya'roni kepada Bisnis, Jumat (23/2/2018).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset asuransi jiwa syariah per Desember 2017 sebesar Rp 40,520 triliun atau tumbuh year on year (yoy) sebesar 17,9% dari 2016 yang mencapai Rp33,244 triliun.
Roni mengatakan pertumbuhan unit linked syariah pada tahun lalu diperkirakan linier dengan pertumbuhan aset tersebut. Sebab, unit linked syariah--sebagaimana juga produk konvensional--mendominasi kontribusi premi asuransi jiwa syariah.
Baca Juga
Karena pemasukan preminya mendominasi, otomatis akan berkontribusi besar pula terhadap pertumbuhan pada tahun ini.
Kendati optimistis unit linked syariah akan bergairah tahun ini, Sya'roni tidak mematok target pertumbuhan terlalu tinggi.
"Saya optimistis, tapi masih satu digit [pertumbuhannya]," ujarn Sya'roni.