Bisnis.com, JAKARTA – Industri perbankan syariah mulai mendulang laba yang tumbuh signifikan pada tahun lalu didorong kenaikan penyaluran pembiayaan.
Dalam Statistik Perbankan Syariah (SPS) terbaru yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan terungkap, jumlah laba perbankan syariah per akhir Desember 2017 mencapai Rp3,08 triliun, tumbuh 46,9% dibandingkan capaian tahun sebelumnya Rp2,09 triliun.
Kenaikan tersebut terbilang jumbo bila dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya di mana laba bank syariah hanya tumbuh 17,3% pada 2016 dan bahkan stagnan pada 2015.
Dilihat dari persebarannya, sebanyak 13 bank umum syariah hanya menguasai laba bersih sebesar Rp987 miliar, sisanya sebesar Rp2,09 triliun disumbang oleh 21 bank yang berstatus unit usaha syariah.
Kinerja bank usaha syariah memang belum menunjukkan perbaikan yang berarti sepanjang 2017, bila dilihat dari capaian labanya yang hanya tumbuh 3,6% dari tahun 2016 Rp952 triliun. Bahkan pada 2015, laba BUS sempat turun 9,5%.
Kenaikan untung industri perbankan syariah, mayoritas bersumber dari pendapatan operasional hasil penyaluran dana atau pembiayaan yang tumbuh 15,9% secara year on year (yoy), terutama yang bersifat bagi hasil musyarakah serta piutang murabahah. Selain itu ada juga kenaikan pendapatan yang bersumber dari penempatan dana di BI dan surat berharga.
Di sisi lain, beban operasional bank berupa bagi hasil untuk pemilik dana dapat dijaga sehingga hanya naik 11,7%. Di luar itu, perbankan syariah juga mendapat laba dari kenaikan pendapatan operasional lainnya seperti dari penyertaan/fee/provisi.
Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah menuturkan kenaikan keuntungan bersih perbankan syariah yang mencapai 47% tahun lalu disebabkan dua faktor utama.
Pertama, perbankan syariah mampu meningkatkan dan menjaga kualitas pembiayaan sehingga penerimaan dari pembiayaan mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 16%.
Kedua, selama tahun 2017 industri perbankan syariah mampu menekan beban operasional secara drastis. “Beban operasional perbankan syariah yang pada tahun 2016 mencapai Rp29,3 triliun bisa diturunkan menjadi hanya Rp23,8 triliun atau turun 19%,” katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Dia berharap penurunan beban operasional tersebut dapat menjadi trend jangka panjang sekaligus menjadi indikator perbankan syariah yang semakin efisien.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, anak usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN), termasuk salah satu bank umum syariah yang mendulang laba didukung peningkatan pembiayaan.
Direktur Keuangan BPTN Arief Harris Tandjung mengatakan laba BTPN Syariah pada tahun lalu tumbuh sekitar 60% secara tahunan.
“Total labanya Rp673 miliar, tumbuh 62% secara year on year dengan didorong kenaikan financing sebesar 20% menjaddi Rp6 triliun,” katanya belum lama ini.
Arief menambahkan, saat ini posisi FDR BTPN Syariah di kisaran 93% - 94% dengan jumlah aset total sebesar Rp10 triliun dan jumlah permodalan inti sebesar Rp2,25 triliun.
Pada kesempatan terpisah, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. juga mengumumkan segmen bisnis syariahnya mampu mencatatkan kinerja positif sepanjang 2017.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan laba bersih yang dihimpun unit usaha syariah BTN mencapai Rp482,19 miliar per akhir Desember 2017. Realisasi itu tumbuh 27,76% dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya Rp377,42 miliar.
“Perolehan laba bersih UUS Bank BTN tersebut disumbang penyaluran pembiayaan yang naik 26,46% secara year on year dari Rp14,22 triliun menjadi Rp17,98 triliun pada Desember 2017,” ujarnya.
Dengan kinerja tersebut, aset Unit Usaha Syariah (UUS) BTN pun naik 29,08% secara year on year (yoy) dari Rp18,12 triliun menjadi Rp23,39 triliun pada kuartal IV/2017.
Di sisi pendanaan, BTN Syariah juga telah menghimpun simpanan masyarakat senilai Rp18,75 triliun atau naik 24,78% yoy sepanjang tahyn lalu.
Sementara itu, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) gross BTN Syariah tercatat mengalami penurunan dari 1,01% pada Desember 2016 menjadi 0,95% di bulan yang sama tahun berikutnya.