Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

76 Menit Berdiri, Jokowi Mendengarkan Masalah Bank Plecit Hingga Kompor

Menyerap aspirasi masyarakat, untuk mengetahui pangkal persoalan, merupakan cara yang lazim dilakukan Presiden Joko Widodo, sebelum menentukan arah kebijakan.
Presiden Joko Widodo menyampaikan paparan saat pertemuan dengan pengurus dan nasabah Bank Wakaf Mikro di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/3/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo menyampaikan paparan saat pertemuan dengan pengurus dan nasabah Bank Wakaf Mikro di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/3/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA—Menyerap aspirasi masyarakat, untuk mengetahui pangkal persoalan, merupakan cara yang lazim dilakukan Presiden Joko Widodo, sebelum menentukan arah kebijakan.

Hal yang sama dilakukan Kepala Negara, saat bersilaturahmi dengan pimpinan pesantren, pengurus, dan nasabah Bank Wakaf Mikro di Istana Merdeka, Rabu (28/3/18).

Setelah memaparkan sambutannya, yang terhitung singkat, Jokowi memilih mendengar langsung masukan dari para pengurus serta nasabah terkait dengan pelaksanaan lembaga keuangan mikro ini.

Setidaknya lebih dari 76 menit, Presiden berdiri menyampaikan paparan serta masukan. Presiden merespons setiap masukan.

Tidak hanya itu, berbagai ekspresi Presiden tersaji dalam acara yang melibatkan sekitar 300 pengurus, nasabah dan pimpinan pesantren dari 20 Bank Wakaf Mikro yang telah mendapatkan izin operasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Mulai dari mengerutkan wajah, menggaruk-garuk kepala, hingga terpingkal-pingkal. Inilah cara Jokowi dekat dengan masyarakat. Tidak berjarak dan memberikan jawaban atas semua pertanyaan.

Diani, nasabah Bank Wakaf Mikro Al Muna Berkah Mandiri dari Pondok Pesantren Al Munawir Yogyakarta mengungkapkan keberadaan “bank plecit” atau rentenir yang memberikan pinjaman dengan mudah dan menggunakan pendekatan jemput bola.

Ibu ini juga menceritakan beban materi yang harus dipikulnya, seperti menyekolahkan anak. Atas dasar itu, dia bertanya apakah dapat diberikan fasilitas pinjaman setiap semester tanpa harus melunasi terlebih dahulu.

Jokowi pun menjawab pertanyaan Diani, keberadaan fasilitas pinjaman wajib digunakan untuk hal produktif. Terlebih, nasabah harus memiliki hitungan saat mengajukan pinjaman.

“Yang penting gini lho ya, kita disiplin mengangsur, itu harus. Yang kedua, kalau kita pinjem harus ada hitung-hitungan. Jangan sampai hitungannya enggak bener, enggak bisa mengembalikan, banknya ikut ambruk dan kalah sama bank plecit [rentenir] itu tadi,” jelas Jokowi.

Lain lagi Marni, nasabah Bank Wakaf Mikro dari Ponpes Al Hidayah Purwokerto, yang mengharapkan adanya tambahan dana pinjaman untuk memperbesar usahanya. Selama ini, Marni melakukan usaha jualan sayur, nasi rames, dan ketupat tahu.

“Saya menjual sayuran, setelah dapat pinjaman Rp1 juta, saya banting setir untuk mengembangkan usaha. Karena jualan sayurnya agak mlorot makanya saya ingin kembangkan usaha dengan menyewa kios di pinggir jalan,” ungkap Marni.

Mendengar aspirasi Marni, Jokowi langsung menanggapi. Mantan pengusaha furniture ini mengatakan peluang pinjaman diperbesar terbuka untuk mengembangkan usaha.

“Ibu ini mindset nya sudah bisnis sekali. Kalau jualan sayur di rumah tidak laku, ya tutup. Artinya feeling bisnis bu Marni betul-betul bagus,” katanya.

Tidak hanya Diani dan Marni yang mendapat kesempatan untuk berbicara langsung kepada Presiden, tercatat ada 6 nasabah lain serta 2 pengurus diberikan waktu untuk menuangkan aspirasinya.

Tidak hanya menyampaikan aspirasi, kesempatan bicara langsung, juga dimanfaatkan nasabah untuk meminta dibelikan kompor. Kali ini, permintaan datang dari Susmaniar, nasabah Bank Wakaf Mikro Ponpes Al Mutaqim Pancasila Sakti Klaten.

“Anak sekolah di ponpes kan istirahatnya 15 menit, saya belum sempat selesai menggoreng, mereka sudah masuk. Pusing saya Pak. Saya mau minta bantuan dari Pak Presiden untuk membelikan kompor yang wus-wus,” ungkapnya diikuti tawa para hadirin forum tersebut.

Mendengar permintaan tersebut, spontan Jokowi balik bertanya, “sebentar, jadi minta dibelikan kompor wus-wus, itu apa? Kenapa dari awal tidak beli penggorengan yang besar sekalian?”

Alasan Susmaniar tidak membeli kompor dan penggorengan yang menampung volume lebih besar karena keterbatasan dana. “Kan mumpung ketemu Pak Jokowi,” jawabnya sambil terus merayu.

Muka Susmaniar pun merona setelah Presiden memberikan pesan kepada Menteri Sekretaris Negara untuk mencatat nama dan permintaan ibu tersebut. “Siapa namanya tadi, Bu Susmaniar Pak Setneg, dicatat,” katanya.

Kepada wartawan, Jokowi mengatakan silaturahmi dengan pengurus dan nasabah Bank Wakaf Mikro digunakan untuk mendengar masukan riil dari penerima manfaat.

Menurutnya, implementasi Bank Wakaf Mikro yang terbilang baru ini, terus disempurnakan. Baik dari jumlah lembaga keuangan mikronya, hingga besaran pinjaman yang diberikan.

Jokowi mengaku optimistis pertumbuhan lembaga keuangan mikro ini akan cepat, karena masyarakat yang tidak memiliki agunan memerlukan fasilitas pinjaman. Hanya saja, Kepala Negara tidak ingin Bank Wakaf Mikro hadir tanpa memberikan solusi bagi masyarakat.

“Berkembang sebanyak-banyaknya, donaturnya juga banyak. Karena kalau kita lihat ini, sangat membantu sekali,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper