Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan dari Singapura: DBS Kukuhkan Status Bank Digital Berbasis Data

Pada tahun ini, target kami adalah menjadi cloud-native, meningkatkan pembaruan hingga 10 kali, dan membangun sejumlah API [application programming interface], kata CEO Bank DBS, Piyush Gupta dalam DBS Asian Insight Conference di Singapura, Kamis (12/7/2018).
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna (kedua kiri) bersama Head Of Digital Banking Leonardo Koesmanto dan Direktur Strategy & Planing Rudy Tandjung berbincang dengan para pemenang DBS Young Economist Stand Up di Jakarta, Senin (23/10)./JIBI-Abdullah Azzam
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna (kedua kiri) bersama Head Of Digital Banking Leonardo Koesmanto dan Direktur Strategy & Planing Rudy Tandjung berbincang dengan para pemenang DBS Young Economist Stand Up di Jakarta, Senin (23/10)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, SINGAPURA -- Bank DBS telah menyiapkan strategi dalam bentuk program Gandalf guna mengukuhkan statusnya sebagai bank digital berbasis data.

CEO Bank DBS, Piyush Gupta menjelaskan program Gandalf terdiri atas menggunakan perangkat lunak terbuka seperti Google, berjalan pada cloud platform Amazon, menggunakan data dan otomatisasi untuk skalabilitas, dan memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi seperti Netflix, desain seperti Apple, menjadi komunitas seperti LinkedIn, mampu kolektif seperti Facebook.

"Pada tahun ini, target kami adalah menjadi cloud-native, meningkatkan pembaruan hingga 10 kali, dan membangun sejumlah API [application programming interface]," kata Gupta dalam DBS Asian Insight Conference, Kamis (12/7/2018).

Dia menambahkan langkah tersebut dinilai mampu memberikan keuntungan, yakni efisiensi biaya, meningkatkan ketahanan, dan skalabilitas. Selain itu, mampu menurunkan waktu yang dibutuhkan dari produk yang dimiliki hingga tersedia untuk dijual (time-to-market).

Program tersebut juga dipercaya mampu meningkatkan pengalaman nasabah dan memperluas ekosistem perbankan. Namun, untuk menjadi perusahaan teknologi diperlukan sumber daya teknologi secara mandiri.

Pada 2009, lanjutnya, sebanyak 85% infrastruktur teknologi DBS masih dialihdayakan. Akan tetapi, selang 8 tahun kemudian 85% infrastruktur teknologi sudah berasal dari internal.

Transformasi aplikasi DBS yang berjalan sejak 2014, sebanyak 90,3% masih menggunakan sistem tradisional. Persentase tersebut terus berkurang dan digantikan oleh cloud-native dengan porsi mencapai 89% pada tahun ini.

Pihaknya menggunakan aplikasi Vision Plus untuk kartu kredit dan Pinnacle System untuk akuntansi yang telah digunakan oleh banyak bank di dunia. Sebanyak 75% pusat data akan dikurangi hingga 2019.

Gupta mengaku akan menjadikan DBS semakin kecil kendati bank lain justru ingin menjadi semakin besar. Namun, strategi tersebut justru efektif untuk mengurangi biaya. "Kami ingin berubah dari bank yang berorientasi produk menjadi bank yang berorientasi pada pengguna," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper