Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berupaya menahan tren penurunan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) lebih jauh hingga akhir tahun ini, dengan mengoptimalkan penghimpunan dana murah.
Direktur BNI Bob Tyasika Ananta mengatakan, rasio margin bunga bersih perbankan secara umum memang mengalami tekanan, yang dipicu oleh kondisi ekonomi global. Kenaikan suku bunga The Fed berimbas terhadap kenaikan suku bunga kebijakan Bank Indonesia, dan pada akhirnya diserap oleh perbankan dengan menaikkan suku bunga dana sebelum ditransmisikan ke bunga kredit. Menurutnya, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga tersebut terlebih dahulu berdampak ke sisi liabilities.
Sampai dengan kuartal II /2018, rasio NIM BNI sudah turun sekitar 10 basis poin dari 5,5% pada akhir 2017 menjadi 5,4%. Menutup tahun ini, bank pelat merah tersebut berupaya menahan agar penurunan margin tidak terus berlanjut. "BNI berupaya meminimalkan tekanan NIM dengan strategi peningkatan dana murah untuk menekan biaya dana, serta optimalisasi sisi aset untuk mengimbangi tekanan," katanya kepada Bisnis, Senin (24/9/2018).
Baca Juga
Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio margin bunga bersih atau net interest margin bank umum per Juli 2018 berada di level 5,12%. Angka tersebut turun 23 bps dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu.
Rasio margin bunga bersih bank umum cenderung menurun dari tahun ke tahun, meskipun masih termasuk paling tinggi dibandingkan bank-bank lain di wilayah regional maupun internasional.