Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga Penjamin Simpanan menilai perbankan Indonesia tidak perlu khawatir dengan proyeksi masuknya bank asing ke Indonesia seiring ratifikasi Asean Framework Agreement on Services atau AFAS protokol 9 yang masih dibahas di DPR.
Doddy Ariefianto, Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan perbankan di Indonesia telah siap dengan persaingan dengan bank asing.
Menurutnya, tanpa menunggu selesainya ratifikasi AFAS, persaingan perbankan Indonesia dan asing sudah dimulai lebih awal. Namun, terbukti hingga saat ini perbankkan Tanah Air cukup kuat untuk menghadapi persaingan tersebut.
“Bank-bank besar Singapura sudah ada di sini, bank besar Malaysia sudah ada di sini. Tidak serta merta ke depan setelah ada aturan baru bank-bank asing akan lebih banyak masuk ke Indonesia. Karena kalau mau begitu, seharusnya dari dulu mereka sudah masuk,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Bahkan menurutnya, belakangan para pemain dari negara-negara tetangga mulai memutuskan untuk pergi karena kalah bersaing. Temasek, holding finansial asal Singapura, misalnya, memilih melepas kepemilikannya di Bank Danamon.
“Danamon malah dijual. Banyak pertimbangannya itu, bank itu sangat kompetitif, walaupun profitabilitas bank di Indoensia besar, dari sisi rentabilitasnya paling tinggi di dunia, risiko juga paling tinggi, operasional nya juga tinggi,” jelasnya.
Di luar persaingan dengan bank-bank Asia Tenggara, dia mengomentari tren akuisi yang dilakukan oleh perusahaan raksasa finansial Asia, seperti dari Jepang dan Korea Selatan. Menurutnya, kehadiran mereka merupakan bagian dari strategi diversfikasi bisnis semata.
“Bank-bank Jepang terutama, itu kan sudah berada dalam tararan level bank-bank Amerika dan Eropa, mereka nih biasanya akuisisi untuk diversifikasi bisnis, supaya tidak terkonsentrasi. Hal itu perlu untuk perusahaan sebesar mereka,” katanya.
Selain itu, dia menilai aktivitas ekspansi tersebut didorong oleh potensi pasar di Indonesia yang masih belum tergarap sepenuhnya. Dia juga mengatakan bahwa aksi korporasi tersebut juga dapat dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan layanan finansial korporasi nonbank dari negara asalnya yang sudah masuk ke Indonesia.
“Mungkin juga mereka melihat, tingkat literasi keuangannya beum, dan ya mungkin menawarkan bank luar negeri itu masuk melalui sudah mulai ada korporasi nonbank sudah masuk masuk ke sini dan melayani kenutuan finansial mereka,” tuturnya.