Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. telah menaikkan bunga deposito sebesar 1,75% sepanjang tahun lalu untuk mengimbangi kenaikan suku bunga kebijakan Bank Indonesia yang pada periode yang sama naik dengan besaran yang sama.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kenaikan bunga deposito perlu dilakukan untuk menjaga agar dana nasabah tidak pergi ke bank lain yang menawarkan bunga lebih tinggi.
“Untuk pertahankan nasabah di dalam, jangan lari ke bank lain. Betul kami memang fokus di dana murah, tapi deposan juga harus dijaga, karena kalau sudah lari susah diajak balik,” ujarnya, Rabu (6/2/2019).
Emiten perbankan berkode saham BBCA tersebut merupakan salah satu bank transaksional yang memiliki basis nasabah paling tinggi di Indonesia. Hal itu tercermin dari rasio dana murah terhadap total pendanaan yang cukup tinggi, mencapai 77,53%, dengan giro 27,48% dan tabungan 50,05%.
Namun demikian, dia mengatakan menjaga proporsi deposito tetap penting bagi perseroan. Dia menilai, jika nasabah memilih untuk memindahkan dananya kepada bank lain, akan sulit mencari dana pengganti ataupun mengajak nasabah kemnbali mempercayakan dananya di BCA.
Dia menambahkan, ke depan perseroan mengharapkan tidak perlu kembali mengerek suku bunga deposito. Namun, hal itu akan bergantung pada kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan suku bunga kebijakannya.
“Ke depan, kalau Bank Indonesia tidak sesuaikan suku bunga sementara kalau likuiditas cukup, kami tidak mau naikkan suku bunga lagi,” tuturnya.
Menilik laman resmi perseroan, suku bunga deposito BCA saat ini berkisar antara 5,75% sampai 6,25% untuk berbagai tenor dan nominal minimum yang berbeda. Rata-rata suku bunga tertinggi diberikan pada tenor 6 dan 12 bulan.