Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batal Terbitkan Obligasi Subordinasi, Bank Bukopin Akan Rights Issue

PT Bank Bukopin Tbk. akan mengganti rencana penerbitan surat utang subordinasi senilai Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun dengan penerbitan saham baru atau right issue.
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Bukopin di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Bukopin di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Bukopin Tbk. akan mengganti rencana penerbitan surat utang subordinasi senilai Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun dengan penerbitan saham baru atau right issue.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk. Eko Rachmansyah Gindo menilai, penerbitan surat utang subordinasi dalam kondisi ekonomi yang sedang lesu akan membuat beban dana yang ditanggung perseroan menjadi lebih tinggi.

Right issue, katanya, justru lebih bagus untuk kondisi ekonomi saat ini, dan membuat kepercayaan perseroan untuk ekspansi bisnis jauh lebih kuat.

"Kita ada rencana untuk terbitkan subdebt, tapi itu kita ganti dengan right issue. Itu nanti kita lakukan pada semester kedua tahun ini atau semester pertama tahun depan," katanya di sela-sela acar ulang tahun Bank Bukopin ke-49, Rabu (10/7/2019).

Eko menuturkan, penggunaan dana segar tersebut masih akan sama yakni memperkuat rasio kecukupan modal dan menambah kemampuan perseroan meningkatkan penyaluran kredit.

"Masih sama penggunaannya, kita ingin meningkatkan kredit," katanya.

Eko menuturkan, perseroan akan menggenjot kredit untuk tumbuh hingga 9% tahun ini. Perseroan berharap dapat mencetak laba yang lebih baik dengan pertumbuhan kredit, yang tahun lalu tumbuh negatif.

Sebagai informasi, kinerja perseroan pada tahun 2018 cukup berat. Upaya perseroan untuk melawan kredit bermasalah berujung pada penurunan volume kredit sebesar 9,82% (year-on-year/yoy).

Akan tetapi, setidaknya perseroan sudah mampu menekan rasio non performing loan (NPL) dari 8,54% menjadi 6,67%. Dalam waktu yang bersamaan, penundaan ekspansi juga membuat rasio kecukupan modal naik dari 10.52% menjadi 13,41%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper