Bisnis.com, JAKARTA – Industri kreatif, termasuk di dalamnya perusahan rintisan atau startup, yang sebelumnya dinilai berisiko mulai dilirik sejumlah bank, salah satunya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) Herry Sidharta mengatakan industri kreatif, termasuk startup merupakan salah satu sektor yang menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Hingga Juni 2019, BNI telah menyalurkan pembiayaan kepada pelaku ekonomi kreatif sebesar Rp6,2 triliun, meliputi usaha yang berbasis aplikasi, arsitektur, fesyen, fotografi, kuliner, dan musik.
Dari total kredit yang disalurkan tersebut, sebanyak Rp1,6 triliun diantaranya disalurkan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Menengah, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Selain penyaluran kredit, dukungan BNI kepada ekonomi kreatif yaitu melalui program kemitraan (CSR) seperti Kampoeng BNI yang berprinsip community development dengan menampilkan produk kreatif unggulan atau ciri khas suatu daerah,” katanya kepada Bisnis, Senin (2/9/2019).
Di samping itu, Herry mengutarakan BNI memiliki rencana bisnis dan tengah fokus pada pendirian perusahaan modal ventura yang nantinya akan bekerja sama dengan perusahaan start-up, termasuk perusahaan teknologi finansial (tekfin).
Perusahaan modal ventura direncanakan rampung pada semester II/2019. Perseroan menargetkan anak usaha baru itu akan menjadi penyerta modal tahap dua dan tiga kepada PT Fintek Karya Nusantara.
Seperti diketahui, BNI telah menyuntikkan modal tahap pertama kepada anak usahanya, PT BNI Sekuritas, sebesar Rp225 miliar kepada Finarya, pengelola LinkAja.
Jumlah total modal yang akan disuntikkan direncanakan sebesar Rp360 miliar. Herry mengatakan, tahap kedua penambahan modal akan dilakukan pada Desember 2019.
Adapun, hingga Juni 2019, BNI mencatatkan penyaluran kredit Rp549,23 triliun atau tumbuh 20 persen secara tahunan (year on year/yoy), ditopang oleh kredit di segmen korporasi dengan porsi sebesar 51,9 persen terhadap total portofolio penyaluran kredit.