Bisnis.com, JAKARTA – Minimnya kekuatan kapal tunda atau tug boat dinilai sering kali menjadi penyebab kecelakaan dalam pengangkutan barang di laut.
Hal itu terungkap dalam rapat dan diskusi Marine On-Board bertajuk 'Insufficient Tugs Power vs Unseaworthiness' yang diselenggarakan BUMN reasuransi, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, dengan menghadirkan sejumlah perusahaan asuransi.
Marine On-Board, yang untuk kali pertamanya diselenggarakan di atas kapal ini, merupakan platform strategis untuk mensosialisasikan isu-isu penting terkait produk asuransi pengangkutan laut atau marine hull, terutama tentang klaim yang sering datang akibat kecelakaan tug boat.
General Reinsurance CEM and Administration Division Head Indonesia Re, Arie Surya Nugraha, mengatakan cuaca buruk kerap menjadi kambing hitam terjadinya kecelakaan. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, kecelakaan kapal biasanya terjadi karena kekuatan tarikan tug boat tidak dapat mengimbangi tonase kapal yang ditariknya.
“Selama ini, kecelakaan dikaitkan dengan cuaca buruk. Padahal, kekuatan tug boat-nya di bawah standar,” jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa (3/9/2019).
Tug boat merupakan kapal yang berfungsi sebagai kapal penarik (towing) atau kapal pendorong (pusher) kapal barge yang umumnya digunakan untuk mengangkut barang seperti batubara, peti kemas, dan bahkan kendaraan.
Standar kekuatan tarikan tug boat adalah 2 x 1.200 tenaga kuda, dengan kapasitas tarikan beban hingga 30 ton. Arie menjelaskan, fakta di lapangan menunjukkan masih banyak tug boat dengan kekuatan tarikan di bawah standar dan dipaksakan beroperasi.
“Ada gelombang yang sedikit tinggi, bisa kandas," ujarnya.
Lebih lanjut, Arie menjelaskan Indonesia Re menyelenggarakan rapat industri asuransi dan reasuransi Marine On-Board di atas kapal Pelni dengan rute Jakarta-Surabaya, pada tanggal 30 Agustus-1 September 2019.
Dia mengatakan, pihaknya berinisiatif untuk menyelenggarakan rapat di atas kapal agar para pelaku asuransi dapat meninjau langsung kondisi di lapangan.
“Kami ingin memberikan nilai tambah, experience yang berbeda kepada para ceding company karena dengan terjun langsung ke lapangan, kita semua akan mendapatkan bayangan langsung seputar seluk beluk marine hull,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Marine Underwritting Department Head Indonesia Re, Gadis Purwanti mengatakan bahwa pihaknya juga akan terus melakukan sosialisasi dalam rangka meminimalisir tingginya angka kecelakaan karena minimnya pengetahuan di lapangan.
“Dalam setahun, kami aktif menggelar rangkaian ceding company gathering dengan harapan mampu membantu mencegah terjadinya kecelakaan karena faktor teknis maupun non teknis,” tuturnya.