Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maybank Jaga Rasio Kredit Bermasalah

Berdasarkan laporan publikasi, rasio NPL bank secara individu naik menjadi 3,22 persen per Juni 2019. Angka tersebut naik dibandingkan posisi Juni 2018, 2,93 persen.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Maybank Indonesia Tbk. berupaya menjaga kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Bank memperkirakan rasio NPL hingga akhir tahun bisa ditahan sekitar 3 persen.

Berdasarkan laporan publikasi, rasio NPL bank secara individu naik menjadi 3,22 persen per Juni 2019. Angka tersebut naik dibandingkan posisi Juni 2018, 2,93 persen.

Direktur Manajemen Risiko Maybank Indonesia Effendi menjelaskan bahwa beberapa debitur tengah mengalami kesulitan keuangan. Pasalnya ekspansi yang dilakukan pada tahun lalu tidak terserap sepenuhnya oleh pasar.

Kualitas kredit beberapa debitur pun memburuk. Perusahaan yang sebelumnya berstatus kolektibilitas dua tahun lalu atau special mention loan (SML) turun menjadi NPL pada kuartal kedua tahun ini.

“Kebanyakan terkait manufaktur dan komoditas. Selain itu ritel juga agak tertekan karena efek perubahan perilaku konsumen dari belanja langsung di toko menjadi online,” katanya kepada Bisnis, Minggu (8/9/2019).

Mengutip presentasi perusahaan, SML perusahaan secara konsolidasi per Juni 2019 sebesar 4,30 persen. Pada periode yang sama tahun lalu rasio kredit berstatus kolektibilitas dua itu sebesar 5,21 persen.

Selain kualitas aset yang menurun, rasio NPL naik juga seiring melambatnya pertumbuhan kredit. “Karena kredit tumbuhnya tidak optimal, rasio pun naik karena nilai pembaginya mengecil,” tambah Effendi.

Dia melanjutkan bahwa permintaan kredit yang melambat bukan hanya terjadi pada korporasi, tetapi juga kredit konsumsi. Pasalnya tantangan kinerja keuangan sejumlah debitur berimbas pada karyawan. Daya beli tenaga kerja ikut merosot seiring dengan melemahnya performa perusahaan.

Adapun bank dalam jangka panjang akan secara proaktif membantu debitur menghadapi tantangan ekonomi. Emiten berkode BNII ini akan konservatif dalam hal risiko untuk meningkatkan kualitas aset.

Sepanjang semester pertama 2019 bank telah melakukan restrukturisasi kepada beberapa debitur kakap. Effendi mencatat totalnya sekitar Rp500 miliar hingga Rp600 miliar.

“Kalau paruh kedua tahun ini sepertinya tidak ada restrukturisasi lagi,” katanya.

Sementara itu merosotnya kualitas kredit pada kuartal kedua 2019 menggerus laba BNII. Bank meningkatkan provisi kredit untuk mengantisipasi NPL.

Berdasarkan data perseroan, Maybank menutup paruh pertama tahun ini dengan laba bersih secara konsolidasi turun 18,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp757 miliar. Pendapatan dari bisnis utama bank, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) hanya naik 2,4 persen yoy. Bila dirinci, pendapatan bunga bersih bank hanya tumbuh satu digit, 7,0 persen yoy, sedangkan beban bunga melesat 12,4 persen yoy.

Namun bank terbantu oleh pendapatan non bunga yang naik 14,1 persen yoy menjadi Rp1,2 triliun. Kinerja pendapatan non bunga ini, utamanya merupakan hasil komisi dari bisnis tresuri.

Dari catatan bank, laba operasional masih tumbuh, atau naik 2,1 persen yoy. Namun bila dikurangi provisi kredit yang naik 46,3 persen yoy, laba pun melorot hingga dua digit.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper