Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau LPEI terus menjajaki potensi negara-negara baru tujuan ekspor, salah satunya adalah kawasan Amerika Latin dan Karibia. Perdagangan Indonesia di kawasan tersebut yang masih kecil menjadi potensi untuk terus didongkrak.
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly menjelaskan bahwa pihaknya, sebagai Special Mission Vehicles (SMV) dari Kementerian Keuangan dalam hal pengembangan ekspor nasional, terus menjajaki potensi negara-negara baru yang menjadi tujuan ekspor Indonesia.
Kali ini, LPEI mengaji Amerika Latin dan Karibia sebagai kawasan yang memiliki potensi kerja sama ekonomi. Berdasarkan data Bank Dunia dan International Trade Centre, kawasan dengan populasi 647 juta jiwa tersebut mencatatkan produk domestik bruto (PDB) senilai US$4,22 trilliun pada 2018.
Sinthya menjelaskan bahwa Amerika Latin, Indonesia, dan Karibia telah memiliki kedekatan secara diplomatis dan telah tergabung dalam framework of the Non-Aligned Movement (NAM). Selain itu, ketiganya tergabung dalam kelompok regional seperti East Asia-Latin America Cooperation (FEALAC), Pacific Alliance, dan the Caribbean Community (CARICOM).
Meskipun begitu, menurut Sinthya, sampai dengan saat ini hubungan yang melibatkan sektor ekonomi dari ketiga kawasan yang yang dipisahkan oleh Samudera Pasifik tersebut belum sepenuhnya termaterialisasi.
Dia menjabarkan bahwa total perdagangan di kawasan tersebut mencapai US$1,33 trilliun pada 2018. Meskipun begitu, total nilai perdagangan dengan Indonesia di kawasan tersebut hanya mencapai 0,57% atau senilai US$7,6 miliar.
"Artinya, masih terdapat potensi bisnis dan kerja sama ekonomi yang dapat ditingkatkan antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia," ujar Sinthya, Rabu (16/10/2019), dalam keterangan resmi.
Menanggapi situasi tersebut, Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri pun menyelenggarakan Indonesia–Latin America and the Caribbean (INA-LAC) Business Forum pada Selasa (15/10/2019). Gelaran tersebut mengusung tema “Optimizing Indonesia-Latin America and the Caribbean Markets”.
Menurut Sinthya, forum tersebut menjadi ajang pertemuan bagi para pengusaha, pejabat pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait untuk mengenali dan menggali lebih dalam potensi bisnis dari ketiga kawasan.
Dia yang menjadi salah satu panelis dalam diskusi bertemakan “Trade Opportunitires, Challenges, and Way Forward” itu pun menyambut baik forum INA-LAC. Sinthya pun berharap kerja sama ekonomi antara Indonesia, Amerika Latin, dan Afrika dapat semakin ditingkatkan.
Selain itu, dalam gelaran itu pun berlangsung penandatanganan nota kesepahaman antara LPEI dan Banco De Comercia Exterior de Colombia S.A. (Bancoldex) yang bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan dan investasi di kedua negara. Bancoldex sendiri merupakan bank komersial asal Kolombia yang memiliki fokus terhadap perdagangan internasional.
Dalam kesempatan yang sama pun LPEI menyerahkan buku “Road to Latin America and The Caribbean” kepada Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri. Penyerahan buku oleh Sinthya disaksikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir.
Sinthya menjelaskan bahwa buku tersebut dapat menjadi panduan bagi para eksportir, akademisi, maupun pengamat dalam menjajaki potensi ekspor ke Amerika Latin dan Karibia. Buku tersebut memuat kajian mengenai prospek ekonomi, tren usia produktif, biaya shipping, kebutuhan infrastruktur, risiko kawasan, transformasi digital, dan berbagai pertimbangan lainnya.