Bsinis.com, JAKARTA - Aksi korporasi PT Bank Central Asia Tbk. mengakuisisi PT Bank Rabobank International Indonesia tidak banyak berpengaruh pada pergerakan saham.
Menjelang penutupan perdagangan, Kamis (12/12/2019), saham emiten berkode BBCA ini terpantau Rp31.700 atau turun 0,63% dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya.
Adapun pada pembukaan perdagangan saham BBCA sempat menyentuh Rp32.000 per saham. Kemudian harga saham naik turun pada rentang Rp31.800 hingga Rp31.975 hingga akhirnya menyentuh Rp31.700 pada penutupan perdagangan.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan lazimnya aksi korporasi berpengaruh pada harga saham perusahaan yang diakuisisi. Perusahaan yang menjadi investor baru lazimnya akan terpengaruh apabila nilai akuisisi terbilang besar.
“Apalagi kalau dilihat dari nilai transaksi, bagi BCA transaksi itu tidak terlalu material,” katanya kepada Bisnis, Kamis (12/12/2019).
Hans menjelaskan BCA membeli 100% saham Rabobank melalui anak usaha seharga Rp397 miliar. Nilai tersebut sangat timpang apabila dibandingkan dengan total aset bank milik grup Djarum tersebut.
Baca Juga
Berdasarkan laporan publikasi, per September 2019, BCA melaporkan aset senilai Rp893,59 triliun. Capaian tersebut, naik 11,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hans pun melanjutkan bahwa pasar masih akan menunggu rencana BCA terkait pengambilalihan bank asal negeri Belanda tersebut. “Pasar masih akan menunggu. Valuasi BCA itu, sebaiknya para investor hold dulu,” kata Hans.
Adapun seperti diketahui, Rabobank sempat menyatakan pamit dari Indonesia pada 22 April 2019. Keputusan tersebut merupakan bagian utama dari strategi global Rabobank Group terkait visi Banking For Food yang terfokus kepada rantai pasok internasional untuk sektor pangan dan agrikultur.
Dalam keterangan resmi, Wakil Presiden Direktur Rabobank Indonesia Soemenggrie Jongkamto mengatakan bahwa akuisisi oleh BCA ditandai dengan penandatangan perjanjian jual beli bersyarat (conditional sale and purchase agreement atau CSPA) antara kedua pihak pada 11 Desember 2019, yang tunduk pada persetujuan OJK.
“Para pemegang saham kami dihampiri oleh beberapa pihak yang tertarik dan pada akhirnya mencapai persetujuan dengan BCA. Kami juga percaya hadirnya BCA akan semakin mendukung proses transisi yang baik bagi semua pihak,” kata Soemenggrie.