Bisnis.com, JAKARTA - Unit Usaha Syariah PT Bank Permata Tbk. menargetkan pertumbuhan pembiayaan tahun 2020 mencapai 15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Target yang dicanangkan Bank Permata Syariah ini lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit otoritas. Sebagai catatan, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso telah menyebut bahwa pertumbuhan kredit industri perbankan diproyeksi mencapai 11 persen-13 persen pada 2020.
“Kami masih optimis lah. Kami optimis bisa 10 persen-15 persen pendorongnya karena kan dari KPR sudah ada produk baru, kami mulai masuk ke komersial dan korporasi yang akan jadi engine growth kami,” ujar Direktur Perbankan Syariah Bank Permata Herwin Bustaman di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (23/12/2019).
Berdasarkan laporan kinerja perseroan, hingga kuartal III/2019 nilai pembiayaan yang sudah disalurkan Bank Permata Syariah mencapai Rp14,6 triliun. Herwin menyebut pertumbuhan pembiayaan syariah sepanjang 2019 tidak akan signifikan karena sejumlah faktor.
Pertama, dampak dirasakan pascaterbitnya Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan. Beleid ini memungkinkan perusahaan multifinance memberi uang muka (DP) hingga nol persen bagi calon debitur.
Menurut Herwin, terbitnya aturan ini menggerus penyaluran pembiayaan Permata Syariah melalui joint financing. Alasannya, perusahaan multifinance banyak yang akhirnya beralih mitra ke bank konvensional karena tingkat bunga yang dibebankan sama saja dengan syariah.
“Joint financing itu signifikan, kami mungkin asalnya dari yang 30 persen [pembiayaan berasal dari joint financing] turun sekarang tinggal 10 persen,” ujarnya.
Untuk mencapai target 2020, Permata Syariah berencana fokus menyalurkan pembiayaan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM/SME), komersial, serta korporasi. Khusus untuk pembiayaan korporasi, Permata Syariah menargetkan calon debitur berasal dari BUMN atau perusahaan mitra papan atas.
“[Target 2020] pembiayaan dari ritel 40 persen, SME 15 persen, komersial 15 persen-20 persen dan sisanya korporasi. Saat ini [rasio pembiayaan ritel] masih 60 persen. Jadi kami akan pacu pertumbuhan darii SME, komersial, dan korporasi,” ujarnya.