Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aset Unit Syariah Maybank (BNII) Capai Rp32,6 Triliun

Bisnis syariah memberi kontribusi 19,3 persen terhadap total aset konsolidasi bank. Jumlah ini meningkat menjadi 21,1 persen jika dihitung pada total aset entitas bank. 
Nasabah beraktivitas di salah satu gerai anjungan tunai mandiri (ATM) Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Nasabah beraktivitas di salah satu gerai anjungan tunai mandiri (ATM) Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Unit Usaha Syariah PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) mencatat pertumbuhan total aset sebesar 8,1 persen menjadi Rp32,6 triliun pada 2019.

Bisnis syariah ini memberi kontribusi 19,3 persen terhadap total aset konsolidasi bank. Jumlah ini meningkat menjadi 21,1 persen jika dihitung pada total aset bank saja.  Adapun total simpanan nasabah UUS naik 9,4 persen menjadi Rp25,5 triliun dari Rp23,3 triliun.

Perusahaan juga mencatat kualitas aset UUS terus membaik. Tahun lalu non performing financing (NPF) gross perusahaan ditekan menjadi 2,0 persen dari sebelumnya 2,8 persen.  

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/2/2020) menyebutkan srategi Sharia First Bank dan implementasi Leverage Model, di mana UUS memiliki akses pada sumber daya Maybank membuat kinerja unit tumbuh signifikan. 

Sementara itu secara keseluruhan, pada tahun lalu, Maybank membukukan laba setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,8 triliun. Lebih rendah dibandingkan 18,18 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun. Perseroan menyatakan penurunan disebabkan oleh adanya peningkatan provisi untuk pencadangan kredit terkhusus pada segmen komersial.

Provisi kerugian kredit mengalami kenaikan 35,9 persen menjadi Rp1,8 triliun per Desember 2019

"2019 kembali menjadi tahun yang menantang, tetapi Maybank Indonesia berhasil memperoleh pendapatan operasional yang baik di tengah menurunnya pertumbuhan kredit. Fee income yang meningkat tajam dan menjadi penopang pertumbuhan pendapatan Maybank Indonesia," kata Taswin.

Meski begitu perseroan berhasil peningkatan pendapatan operasional bruto sebesar 3,7 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp10,8 triliun. Sedangkan pendapatan operasional sebelum provisi naik 0,3 persen yoy menjadi Rp4,4 triliun.

Kenaikan pendapatan bruto terutama disebutkan ditopang oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income/FBI). FBI naik 14,1 persen yoy menjadi Rp2,6 triliun, dibandingkan dengan Rp2,3 triliun. FBI terutama didukung pendapatan dari fee Global Market, bancassurance, investasi, dan fee transaksi jaringan elektronik (e-channel). Selain itu pendapatan bunga bersih bank pada 2019 tercatat meningkat 0,8 persen yoy menjadi Rp8,2 triliun.

Perseroan mencatatkan marjin bunga bersih turun 17 basis point menjadi 5,07 persen.  Namun marjin bunga bersih pada Desember 2019 naik 10 basis poin dibandingkan 4,97 persen pada September 2019. Peningkatan marjin bunga ini seiring upaya bank dalam meningkatkan imbal hasil kredit dan mengurangi biaya dana selama kuartal keempat tahun 2019.

"Strategi bank untuk mengurangi biaya dana yang tinggi mengakibatkan penurunan total simpanan nasabah sebesar 5,3 persen menjadi Rp110,6 triliun per Desember 2019 dibandingkan dengan Rp116,8 triliun pada Desember 2018.  Meskipun demikian, Bank terus secara aktif menjaga aset dan liabilitas untuk memastikan tingkat pendanaan dan biaya yang optimal setiap saat," jelasnya.

Di sisi lain, bank mencatat penurunan kredit, yang turun 8,1 persen yoy menjadi Rp122,6. Taswin menyatakan pada 2019, bank bersikap secara selektif salurkan kredit dan bank juga mengambil keputusan untuk menjalankan exit strategy terhadap beberapa kredit pada segmen korporasi dan komersial yang tidak sesuai dengan postur dan risk appetite bank.  

Per Desember 2019, bank mencatat perbankan global membukukan pertumbuhan kredit yang moderat sebesar 3,4 persen yoy menjadi Rp32,1 triliun, sementara kredit Community Financial Services (CFS) non-ritel turun 17,1 persen yoy menjadi Rp48,3 triliun, dan kredit CFS ritel turun 4,2 persen yoy menjadi Rp42,2 triliun. 

Dari sisi kualitas aset, perseroan mengalami peningkatan kredit bermasalah, dengan rasio NPL berada di level 3,3 persen (gross) dan 1,9 persen (net) pada 2019, dibandingkan dengan  2,6 persen (gross) dan 1,5 persen (net) pada 2018.

"Ke depan, kami akan fokus pada peningkatan hubungan dengan nasabah untuk lebih memahami kebutuhan keuangan mereka, sehingga kami dapat memberikan solusi keuangan menyeluruh, serta memperluas pangsa pasar kami di segmen yang menguntungkan," katanya.

Maybank menyampaikan posisi modal tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 21,4 persen pada Desember 2019 dibandingkan dengan 19,0 persen pada 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper