Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Hukum Rampung, BFI Finance (BFIN) Optimis Perbesar Bisnis

Seluruh biaya akibat sengketa kepemilikan ini dicatatkan pada 2019.
Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk Sudjono (kanan) memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (14/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk Sudjono (kanan) memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (14/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) membukukan pendapatan Rp5,2 triliun pada 2019.

Finance Director & Corporate Secretary BFI Finance Sudjono menjelaskan bahwa pendapatan pada 2019 meningkat 4,4% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan perolehan 2018 senilai Rp5,01 triliun. Menurutnya, perusahaan tetap tumbuh meski perekonomian global maupun domestik bergejolak.

Pada 2019, BFI membukukan piutang pembiayaan Rp4,99 triliun atau tumbuh 2,08 persen (yoy) dibandingkan 2018 senilai Rp4,89 triliun. Adapun, beban perseroan pada 2019 tercatat senilai Rp4,14 triliun atau meningkat 30,5 persen (yoy) dari 2018 senilai Rp3,17 triliun.

Menurut Sudjono, perseroan mencatatkan kenaikan biaya operasional yang signifikan karena harus melakukan penyelesaian kasus sengketa hukum dengan eks pemegang saham BFI. Proses yang berlangsung sejak awal 2000 tersebut telah dicatat seluruh biayanya pada 2019, sehingga diharapkan kedepannya perusahaan dapat tumbuh lebih sehat tanpa terganggu.

Sebagai dampak dari biaya penyelesaian tersebut, laba tahun berjalan BFI pada 2019 tercatat senilai Rp711,6 miliar. Jumlah tersebut menurun hingga 51,4 persen (yoy) dibandingkan dengan laba 2018 senilai Rp1,46 triliun.

“Dengan selesainya sengketa ini, maka kami dapat memfokuskan diri lebih baik untuk peningkatan bisnis dan operasional, dan diharapkan kinerja positif perusahaan akan terus berlanjut,” ujar Sudjono dalam keterangan tertulis, Senin (24/2/2020) .

Dia pun menjelaskan bahwa BFI berhasil mempertahankan non performing financing (NPF) di angka 0,85%. Pengelolaan risiko tersebut berhasil ditorehkan dengan biaya kredit (cost of credit) pada 2019 sebesar 1,5%, turun dari tahun sebelumnya sebesar 2,5%.

“Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan melambat dan terjadi kontraksi sebagai langkah antisipasi di semester pertama 2019, tetapi kami berhasil mengejar ketinggalan tersebut di semester kedua dengan membukukan nilai pembiayaan baru per kuartal tertinggi dalam dekade terakhir pada kuartal keempat 2019,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper