Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Disparitas Kemampuan Bank Cetak Laba Diperkirakan Berlanjut

Berdasarkan data OJK, dari empat kelompok bank, hanya BUKU IV yang mampu membukukan pertumbuhan laba.
Pasar Kredit. /Bisnis.com
Pasar Kredit. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Disparitas perolehan laba bank berdasarkan kelompok modal inti diproyeksikan masih akan berlanjut tahun ini.

Hal tersebut didorong oleh keterbatasan likuiditas dan pengembangan usaha bank menengah kecil, serta tekanan ekonomi masih akan terjadi tahun ini.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, selama 2019 laba Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I dan II masih tercatat turun pada tahun lalu. Penurunan masing-masing adalah 70,89 persen dan 34,71 persen year on year (yoy).

Pada BUKU III, penurunan laba bersih tercatat sebesar 10,04 persen secara tahunan menjadi Rp34,478 triliun pada 2019. Penurunan perolehan laba ini tercatat yang pertama kali sejak 2016.

Sementara itu, laba BUKU IV masih tercatat naik. Pada 2019, nilai laba bank buku IV adalah sebesar Rp108,356 triliun atau naik 9,45 persen yoy dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Asisten peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dendy Indramawan menyebutkan perbedaan kemampuan likuiditas, operasional masing-masing BUKU masih sangat tinggi.

"Kalau dibilang disaparitas labanya tinggi, ya memang selalu begitu. Perbedaan kemampuan masing-masing kelompokitu sangat jauh berbeda. Jadi, tren perolehan laba mereka masih akan sama tahun ini," katanya, Selasa (3/3/2020).

Dia menjelaskan, bank-bank kecil memiliki permasalahan terkait dengan kompentensi dalam pengembangan usaha. Bisnis intermediasi bank kecil bahkan tergerus dengan semakain ketatnya kompetisi dengan finansial teknologi yang mulai menggarap pembiayaan konsumer dan segmen usaha mikro kecil.

"Laba bersih mereka juga semakin tergerus dengan kondisi ekonomi yang mulai sulit pada tahun lalu, serta peningkatan pencadangannya," katanya.

Pada BUKU III, Dendy melanjutkan permasalahan juga tidak jauh berbeda. Namun, masalah yang dihadapi lebih terfokus pada likuditas dan perlambatan bisnis intermediasi.

"Bagaimana pun juga, sangat sedikit sekali bank yang mampu mengoptimalkan fee based income. Jadi, ketika bisnis kredit turun, laba otomatis terpangkas," katanya.

Sementara itu, pertumbuhan laba pada BUKU IV bukan suatu hal yang membanggakan pada tahun lalu. Pasalnya pertumbuhan laba tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

"Bank kelompok ini masih sangat tertolong dengan kepercayaan nasabah dan garapan bisnis yang sangat luas," ucapnya.

Dendy menyebutkan penurunan gap laba tidak akan dapat cepat dilakukan. Bank-bank kecil menengah harus melakukan banyak pembenahan, dalam investasi teknologi, serta efisiensi operasional.

"Mereka juga harus mampu melakukan rebranding dan memperluas pasar ke masyarakat unbankable. Balik-balik lagi, kita bicara tentang konsolidasi di sini," tukasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper