Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persaingan Sengit, Bunga Kredit BPR Masih Bisa Dipangkas

Suku bunga rata-rata kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi BPR per Desember 2019 masing-masing berada pada angka 24,65 persen, 22,67 persen, dan 22,38 persen.
Kasir Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menghitung uang rupiah. /Bisnis.com
Kasir Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menghitung uang rupiah. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bank perkreditan rakyat (BPR) dinilai masih memiliki ruang penurunan suku bunga kredit pada 2020 seiring dengan peningkatan kompetensi sekaligus kompetisi antar BPR, bank umum, serta finansial teknologi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga rata-rata kredit BPR tercatat turun secara gradual sejak 2015. Kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi per Desember 2019 masing-masing berada pada 24,65 persen, 22,67 persen, dan 22,38 persen.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyebutkan meski penurunan suku bunga kredit BPR belum terlalu rendah, tetapi diperkirakan masih akan berlanjut.

Hal ini tentunya akan memberi dampak positif pada cash flow masyarakat, dan daya saing pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) daerah.

"Kami lihat masih terus turun, mengikuti industri. Tahun ini juga juga masih akan turun lagi dan memberi dampak positif pada perekonomian daerah," katanya, Kamis (5/3/2020).

Ari menjelaskan saat ini semakin banyak BPR yang meningkatkan efisiensi operasional kinerja supaya dapat terus bertahan di industri perbankan.

Bahkan, banyak juga BPR yang mampu menjalin kerja sama baik dengan bank-bank milik pemerintah daerah dan bisa menekan beban bunganya.

"Kompetensi mereka meningkat. Namun, sebenarnya bank daerah juga mencari tempat optimalisasi dana selain surat berharga. Jadi, ada mutualisme yang membantu BPR menurunkan suku bunga kredit," katanya.

Selain itu, Ari mengatakan kompetisi penyaluran kredit saat ini semakin ketat. BPR tak hanya menghadapi rekan sesamanya, tetapi juga bank umum yang menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) dari pemerintah.

Kompetisi pun juga semakin ketat dengan kemampuan teknologi finansial yang semakin gencar menggarap pembiayaan segmen konsumer, dan usaha mikro kecil.

"Artinya, mereka juga tidak punya pilihan selain untuk meningkatkan daya saingnya. Ini juga yang membuat banyak BPR tereliminasi," ujarnya.

Ari melanjutkan, tren penurunan suku bunga kredit ini memiliki potensi untuk memangkas pendapatan bunga BPR. Terlebih, sepanjang tahun lalu BPR mengalami meningkatan rasio non-performing loan yang tergolong tinggi, yang akhirnya memangkas pendapatan.

"Namun, kondisi ini pun juga dijalani secara sadar. BPR juga sedang meningkatkan kualitas kreditnya dan mempertahankan debitur baik agar tak banyak pendapatan yang hilang," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper