Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Relaksasi GWM Segera Berlaku, BI Tagih Kucuran Kredit Ekspor Impor

Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk membantu eksportir dan importir yang kesulitan dalam hal biaya, yang juga dipengaruhi oleh virus corona.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (dua kanan) memberikan keterangan dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (20/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (dua kanan) memberikan keterangan dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (20/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pemangkasan giro wajib minimum rupiah oleh Bank Indonesia, yang diperuntukkan kepada bank yang melakukan ekspor impor sebesar 50 basis poin (bps) akan mulai berlaku pada 1 April 2020.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pelonggaran GWM tersebut akan menambah likuiditas perbankan sebesar Rp22 triliun. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk membantu eksportir dan importir yang kesulitan dalam hal biaya, yang juga dipengaruhi oleh virus corona.

Segmen ekspor impor merupakan salah satu sektor yang paling terdampak virus corona. Perry mengatakan saat ini pengusaha sudah mulai melakukan aktivitas ekspor, namun aktifitas impor dari China masih tertahan. Tidak hanya di Indonesia, kondisi ini juga dialami di 20 negara lainnya.

Oleh karena Bank Indonesia tidak memiliki instrumen yang secara langsung berdampak ke pengusaha ekspor dan impor, maka langkah kebijakan yang diambil adalah penambahan likuiditas ke perbankan yang melakukan pembiayaan pada segmen ini.

"Mulai 1 April ditambahin lagi likuiditas [ke perbankan] sekitar Rp22 triliun, tetapi janji ya, bantu pengusaha itu supaya mudah dalam ekspor impor, karena BI tidak memiliki instrumen yang berhubungan dengan ekspor impor, seperti L/C atau yang lainnya," katanya, Rabu (11/3/2020).

Perry menuturkan untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi dan kredit, BI telah menerapkan strategi moneter dan makroprudensial. Tahun lalu, suku bunga acuan telah dipangkas 1 persen menjadi 5 persen. Sementara pada tahun ini kembali diturunkan 25 bps menjadi 4,75 persen.

Di sisi lain, BI juga telah melonggarkan GWM 1 persen pada tahun lalu sehingga menambahkan likuiditas perbankan sebesar Rp51 triliun. Artinya, bank memiliki ruang yang cukup dalam mengekspansi kredit.

"Jadi, kalau dihitung-hitung, tahun lalu kami turunkan GWM Rp51 triliun dan akan ditambah lagi Rp22 triliun di april ini, sehingga menjadi kurang lebih Rp73 triliun," katanya.

Di samping itu, Perry mengatakan BI juga telah menambah likuiditas sekitar Rp130 triliun dengan membeli surat berharga negara (SBN). Jadi, secara total likuiditas tambahan yang telah dikucurkan ke pasar sebesar Rp200 triliun.

Adapun, melihat kondisi saat ini, BI juga mempertimbangkan untuk mengevaluasi proyeksi pertumbuhan kredit, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan hanya tumbuh 5,2 persen pada tahun ini.

Seperti diketahui, pada Februari 2020 Bank Indonesia telah mengumumkan pemangkasan target pertumbuhan kredit menjadi sebesar 9 persen hingga 11 persen. Penurunan target terjadi karena dampak dari virus corona yang semakin merebak ke negara di luar China, termasuk negara-negara maju.

"Yang harus kami kalkulasi lagi kreditnya, apa masih bisa sampai 9 persen-11 persen itu yang nanti kami umumkan. Proyeksinya akan kami sampaikan lagi di Rapat Dewan Gubernur BI (RDG), kami akan menghitung implikasi lebih lanjut," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper