Bisnis.com, JAKARTA - Kredit untuk sektor usaha transportasi, dan pergudangan diprediksi masih prospektif pada awal tahun ini seiring dengan pembangunan infrastruktur dan ekspektasi pelaku usaha sektor ini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baki kredit sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi pada tahun lalu tercatat Rp246,9 triliun, naik 13,6 persen secara tahunan.
Meski sekit turun dari tren 2018 yang mencapai 19,2 persen, tetapi pertumbuhan tahunan tersebut tergolong tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit rata-rata yang berada di 6 persen.
Kualitas kredit sektor ini pun tergolong baik karena rasio non-performing loan (NPL) tercatat hanya 1,62 persen, turun 105 basis poin secara tahunan.
Rektor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyampaikan kondisi infrastruktur, khususnya darat saat ini cukup memadai. Bahkan, pengiriman barang yang selama ini menggunakan jalur laut sudah mulai beralih ke darat.
"Tren ini sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu. Saya rasa masih akan berlanjut pada tahun ini dan tetap kembali mendorong pertumbuhan kredit," katanya, Rabu (18/3/2020).
Baca Juga
Ari menyebutkan virus corona sat ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Namun, sentimen negatif ini tidak terlalu berdampak pada penyerapan kredit sektor ini.
Pasalnya, virus corona baru berdampak pada perdagangan luar negeri, yang notabene tidak terlalu banyak debiturnya.
Sementara itu, debitur sektor transportasi dan pergudangan dalam negeri masih cukup optimistis menunggu momentum perbaikan pada kuartal kedua tahun ini, terutama untuk mneghadapi puasa dan Lebaran. Oleh karena itu, kegiatan usaha debitur sektor ini masih cukup baik.
"Asal jangan ada lockdown, pertumbuhan ekonomi dan kredit sektor ini masih cukup baik," imbuhnya.
Di luar itu, dia menambahkan pelaku usaha mikro di sektor ini juga tengah terdongkrak karena tingginya belanja online.
"Jadi, pelaku usaha kecil sudah mulai berpikir untuk menyewa gudang, ketimbang toko. Ini juga mendongkrak kredit," ucapnya.