Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI: Nilai Tukar Rupiah Rp17.500-Rp20.000 Bukan Proyeksi, Tapi...

nilai tukar rupiah sebesar Rp17.500 hingga Rp20.000 per dolar AS bukan proyeksi pemerintah dan bank sentral, ini hanya sebuah skenario dampak dari penyebaran wabah.
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan estimasi nilai tukar rupiah sebesar Rp17.500 hingga Rp20.000 per dolar AS bukan proyeksi pemerintah dan bank sentral.

Perhitungan tersebut sempat dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferesi pers virtual terkait stimulus dampak wabah virus Corona (Covid-19) Rabu kemarin (1/4/2020).

"Kami perlu tekankan bahwa angka-angka makro ekonomi yang dipaparkan itu what if scenario, bukan proyeksi. Termasuk nilai tukar yang kemarin disebutkan Rp17.500 per dolar AS untuk skenario berat dan Rp20.000 untuk skenario sangat berat," katanya saat melaporkan perkembangan ekonomi terkini melalui YouTube Bank Indonesia, Selasa (2/4/2020).

Perry mengatakan latar belakang pembuatan what if scenario, termasuk nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi, karena melihat kondisi penyebaran Covid-19 di masyarakat.

Pasalnya, terjadi pergerakan manusia dari DKI Jakarta ke berbagai wilayah, misalnya Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, bahkan luar Pulau Jawa.

Menurutnya, what if scenario bisa terjadi apabila penyebaran virus Corona kian meluas. Bukan hanya di DKI Jakarta sebagai epicentrum wabah, tetapi provinsi lain. What if scenario, lanjutnya, dapat terjadi apabila KSSK tidak melakukan langkah-langkah bersama.

"Presiden dan sejumlah Gubernur di beberapa provinsi sudah melakukan berbagai upaya. Penyebaran itu terus meluas dan menimbulkan dampak lebih buruk, angka kematian tinggi. Makanya, kami berkoordinasi dan melakukan langkah antisipatif agar kondisi buruk tidak terjadi," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper