Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debitur Korporasi Diproyeksi Banyak Minta Keringanan Kredit Mulai Juni

OJK mencatat hingga 10 Mei 2020 telah ada 3,88 juta debitur perbankan yang mendapatkan restrukturisasi dengan total baki debet mencapai Rp336,97 triliun
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Restrukturisasi kredit yang dilakukan perbankan masih didominasi pada sektor UMKM. Namun, potensi pemberian keringanan ke debitur korporasi diproyeksi semakin besar.

Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga 10 Mei 2020 telah ada 3,88 juta debitur perbankan yang mendapatkan restrukturisasi dengan total baki debet mencapai Rp336,97 triliun. Sebagian besar restrukturisasi kredit diberikan pada debitur UMKM yang ada sebanyak 3,42 juta debitur dengan total baki debet mencapai Rp167,1 triliun.

Dari kebijakan restrukturisasi ini rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap meningkat meskipun hanya terbatas. Pada posisi akhir 2019, rasio NPL berada pada kisaran 2,3 persen (gross). Pada kuartal I/2020, rasio NPL naik menjadi 2,7 persen (gross).

Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengatakan ada kemungkinan pada Juni atau Juli 2020, perusahaan besar akan mulai muncul untuk meminta restrukturisasi kredit. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Kadin yang menyebutkan bahwa anggotanya masih bisa bertahan hingga Juni 2020.

Artinya, apabila pandemi Covid-19 terus berlanjut, restrukturisasi kredit pada debitur korporasi akan mulai diajukan.

"Saat ini memang masih didominasi UMKM, Juni atau Juli baru perusahaan yang mulai muncul karena Kadin sudah menyatakan bahwa mereka bisa bertahan sampai Juni," katanya kepada Bisnis.

Dengan potensi restrukturisasi kredit yang semakin besar, likuiditas bank menjadi persoalan selanjutnya. Perbankan perlu mengatasi hilangnya pemasukan sementara karena restrukturisasi.

"Pertanyaan selanjutnya, sedalam mana kebutuhan likuiditas tersebut bisa ditangani," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper