Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asumsi Bos OJK: Restrukturisasi UMKM Bisa Tembus Rp600 Triliun

Asumsi ini dibuat jika 50 persen dari kredit UMKM direstrukturisasi. Namun, dia yakin asumsi itu tidak akan terealisasi karena tidak semua bank butuh penyangga likuiditas.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan kata sambutan pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2019 dan Arahan Presiden RI di Jakarta, Jumat (11/1/2019). Bisnis/Nurul Hidayat
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan kata sambutan pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2019 dan Arahan Presiden RI di Jakarta, Jumat (11/1/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan angka restrukturisasi kredit usaha kecil, menengah dan mikro (UMKM) bisa mencapai Rp500 triliun hingga Rp600 triliun.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengungkapkan asumsi ini dibuat jika 50 persen dari kredit UMKM direstrukturisasi. Namun, dia yakin asumsi itu tidak akan terealisasi karena tidak semua bank butuh penyangga likuiditas.

"Jadi jumlahnya tidak banyak, kalau misal jumlah Rp500 triliun, tidak semua butuh penyangga likuiditas," ungkap Wimboh dalam konferensi pers, Jumat (15/5/2020).

Dalam perhitungannya, UMKM paling lama menunggak kredit selama 9 bulan dari April hingga Desember, maka kebutuhan likuiditasnya tidak sampai Rp500 triliun.

"Kalau 9 bulan hanya 3/4 menjadi hanya sekitar bunga 12 persen dikali Rp200 triliun," kata Wimboh.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan perbankan harus memiliki likuiditas yang cukup untuk menjalankan program restrukturisasi kredit.

Dia memperkirakan perbankan membutuhkan likuiditas hampir mendekati Rp600 triliun. "Untuk restrukturisasi kredit UMKM dengan penundaan angsuran pokok 6 bulan, itu kira-kira kebutuhan likuiditas berapa? Kurang lebih Rp140-160 triliun," tegasnya dalam rapat dengan DPR, Rabu (6/5/2020).

Sementara itu, dia menghitung kebutuhan restrukturisasi untuk koperasi nilainya lebih besar lagi, yakni sekitar Rp400 triliun sampai Rp425 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper