Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditugaskan Jadi Penasihat Bukopin, Saham Bank BUMN Rontok Hari Ini

Rumor penugasan ini mencuat dalam permasalahan permodalan yang terjadi pada PT Bank Bukopin Tbk. Perusahaan yang 8,92 persen sahamnya dimiliki pemerintah tersebut membutuhkan dana memperkuat permodalan dan akan melakukan penerbitan saham baru.
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/5/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/5/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Rumor penugasan bank pelat merah untuk melakukan asistensi terhadap sejumlah bank swasta yang terhimpit dampak pandemi Covid-19 menyeruak seiring dengan rontoknya harga saham-saham perbankan di Bursa efek Indonesia.

Rumor penugasan ini mencuat dalam permasalahan permodalan yang terjadi pada PT Bank Bukopin Tbk. Perusahaan yang 8,92 persen sahamnya dimiliki pemerintah tersebut membutuhkan dana memperkuat permodalan dan akan melakukan penerbitan saham baru.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian menyatakan Kookmin Bank asal Korea Selatan yang menggenggam 22 persen saham Bank Bukopin akan menjadi pembeli siaga dalam rencana penerbitan saham baru tersebut. Kookmin siap menambah kepemilikannya hingga sekurang-kurangnya 51 persen dan menjadi pemegang saham pengendali.

Namun, masuknya Kookmin bukanlah skenario tunggal untuk memperkuat modal emiten berkode saham BBKP tersebut. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) juga disebutkan akan terlibat dalam proses itu.

Salah satu sumber Bisnis, menyatakan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menjadi salah satu bank pelat merah yang akan terlibat. Bekas bank sentral tersebut bahkan dikabarkan telah menaruh salah satu jajarannya untuk berkantor di Bank Bukopin.

Bank Bukopin dan BNI sebelumnya telah bersepakat untuk bekerja sama dalam pemberian technical assistance atau pendamping teknis di bidang pengelolaan likuiditas (treasury management).

Kerja sama pendampingan teknis tersebut termasuk pelatihan sumber daya manusia (SDM), penyusunan kebijakan perusahaan, konsultansi, dan advisory. Langkah strategis tersebut diharapkan dapat mendukung Bank Bukopin dalam mengelola fungsi treasury management dan pengembangan bisnis ke depan.

Namun, BNI tidak sekadar memberi pendampingan teknis. Bank pelat merah itu juga dikabarkan akan mengucurkan pinjaman sebesar Rp1 triliun untuk kebutuhan jangka pendek di pasar uang antarbank.

Bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga muncul dalam persoalan Bank Bukopin. BRI ikut dalam wacana ini setelah OJK mengirimkan surat permintaan technical assistant kepada Direktur Utama BRI.

Dalam surat yang ditandatangani oleh Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo tersebut, OJK menyatakan telah meminta pemegang saham Bank Bukopin untuk memberi kuasa kepada tim technical assistant untuk menggunakan hak suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Bukopin dalam pemilihan anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

“Sehubungan dengan hal tersebut serta dalam rangka membantu penyelesaian permasalahan Bank Bukopin dan menjaga stabilitas sistem keuangan, dengan ini kami minta Saudara untuk memberikan Technical Assistance di Bank Bukopin terutama dalam mengatasi permasalahan likuiditas dan operasional Bank,” tertulis dalam surat bertanggal 11 Juni 2020 yang ditujukan kepada Dirut Bank BRI tersebut.

Menanggapi isu tersebut, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memilih bungkam. Bisnis telah mencoba meminta konfirmasi dari Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo terkait rumor tersebut.

Upaya konfirmasi juga dilakukan dengan menghubungi Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga. Namun, hingga berita ini ditulis, Kartika dan Arya tak merespons pesan yang disampaikan melalui Whatsapp.

Sekelumit masalah permodalan bank-bank yang sama-sama dimiliki pemerintah ini ditanggapi negatif oleh pelaku pasar. Hari ini, saham bank pelat merah, kompak masuk ke zona merah. Di sisi lain, saham Bukopin justru terapresiasi 2,42 persen ke level Rp169 per saham.

BBNI mengalami koreksi paling besar, yakni 6,86 persen, membuatnya terkena auto reject bawah (ARB) per pukul 14.10 WIB. Saham BBNI ditutup di level Rp4.210 per saham, kehilangan 310 poin dari level pada penutupan perdagangan kemarin.

Sementara itu, BBRI terkoreksi 1,98 persen ke level Rp2.970 per saham. Di sisi lain, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan kode BMRI tertekan 4,48 persen ke level Rp4.690 per saham. Meski tak terlibat rumor Bank Bukopin, Bank Mandiri justru disebut-sebut dalam penugasan asistensi lainnya untuk PT Bank Muamalat Tbk.

SVP PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai koreksi saham-saham bank BUMN bukan disebabkan oleh masalah rumor tersebut. Menurutnya, penurunan yang terjadi pada saham-saham tersebut merupakan bagian dari koreksi sehat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara umum.

“Waduh, itu akuisisi Bukopin oleh BNI dan Muamalat oleh Bank Mandiri adalah gosip atau rumor yang sangat tidak jelas. Tidak mungkin bank BUKU IV dibebankan untuk akuisisi bank-bank kecil,” katanya kepada Bisnis, Kamis (11/6/2020).

Menurutnya koreksi ini terjadi karena kenaikan IHSG khususnya sektor perbankan yang sangat cepat dari posisi koreksi terdalam pada 23 Maret 2020.

Di sisi lain, The Fed juga terus melakukan aksi cetak uang untuk membanjiri likuiditas pasar finansial.Namun, hal itu tidak diiringi dengan perbaikan data ekonomi Amerika Serikat yang sejalan dengan perbaikan pasar finansial.

Di Indonesia, kondisinya juga nyaris sama. Perbaikan pasar finansial belum diikuti dengan perbaikan data makro ekonomi, yang bahkan belum dirilis.

Menurutnya, hal ini membuat jarak antara harapan dan realitas menganga kian melebar. Saat ini, valuasi Price Earning Ratio (PER) Blended Forward untuk 2020 dan 2021 IHSG, Dow Jones, S&P 500, dan MSCI sudah mencapai tingkat tertinggi 5 tahun terakhir.

“Walaupun quantitative easing sangat massive dibandingkan 2008, cepatnya gain dalam waktu 3 bulan tidak bisa memutar jarum jam ke 5 tahun lalu. Harus ada realitcheck, koreksi sehat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper