Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Riil Butuh Tambahan Modal Kerja Rp600 Triliun dengan Bunga Rendah

Sektor-sektor yang membutuhkan tambahan modal kerja tersebut yakni tekstil, hotel dan restoran, transportasi darat, dan manufaktur.
Sepanjang kuartal pertama 2020, produksi kendaraan di pabrik Hino di Karawang, Jawa Barat, turun 19% menjadi hanya 8.387 unit. Adapun penjualan ritel anjlok 43% menjadi hanya 4.637 unit. HINO
Sepanjang kuartal pertama 2020, produksi kendaraan di pabrik Hino di Karawang, Jawa Barat, turun 19% menjadi hanya 8.387 unit. Adapun penjualan ritel anjlok 43% menjadi hanya 4.637 unit. HINO

Bisnis.com, JAKARTA -- Sektor riil membutuhkan tambahan modal kerja sekitar Rp600 triliun untuk memulai aktivitas ekonomi pasca pelonggaran pembatasan sosial skala besar (PSBB).

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan Publik Hariyadi Sukamdani mengatakan tambahan modal kerja sekitar Rp600 triliun sudah berdasarkan perhitungan lintas sektoral. Sektor-sektor yang membutuhkan tambahan modal kerja tersebut yakni tekstil, hotel dan restoran, transportasi darat, dan manufaktur.

Menurutnya, sektor riil pun mengharapkan perbankan mampu memberikan suku bunga rendah untuk tambahan modal kerja tersebut. Apalagi jika dana yang disalurkan untuk kredit modal kerja tersebut berasal dari APBN sehingga biaya dana tentu bisa ditekan.

Perbankan pun diharapkan tidak mencari pendapatan bunga atau net interest margin (NIM) terlalu besar di tengah kondisi saat ini.

"Tentunya kami berharap karena situasi seperti ini, kami ingin single digit, mesti di bawah. Namun, perbankan terlalu terbiasa ngambil NIM ketinggian," katanya, Kamis (2/7/2020).

Ketua Kadin Indonesia Rosan Roeslani mengatakan kebutuhan modal kerja senilai Rp600 triliun digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor riil selama enam bulan.

Kebutuhan modal kerja tersebut kemungkinan ada tambahan karena Kadin masih akan melakukan perhitungan atas tambahan dari sejumlah sektor.

Selain itu, Kadin juga mendorong pemberian subsidi bunga untuk UMKM karena dinilai masih belum berjalan. Koordinasi lintas lembaga perlu dilakukan agar bisa memberikan solusi secara menyeluruh.

"Kami bilang juga, mohon OJK, BI, dan Menkeu sama juga persepsinya, kalau tidak ya kita tidak melangkah-melangkah," katanya.

Kadin mengarapkan mendorong program bansos dan segera membayar utang ke BUMN. Pasalnya, dengan pemerintah membayar utang ke BUMN, akan bisa mendorong pergerakan ekonomi.

"Kami dengan BUMN itu banyak belum dibayar utang-utangnya oleh pemerintah," katanya.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Mardani H. Maming mengatakan meminta dalam rapat bersama pelaku usaha tidak hanya diikuti OJK, tetapi juga menghadirkan lembaga yang lain. Tujuannya, untuk menselaraskan peraturan yang dihasilkan.

"Masalahnya kadang antar instansi itu sulit koordinasi dan saling gesek menggesek. Sesuai perintah presiden, kita harus saling koordinasi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper