Bisnis.com, JAKARTA - Sektor jasa keuangan syariah dinilai memiliki daya tahan yang tinggi dan siap mendukung program pemulihan ekonomi nasional.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan peran sektor jasa keuangan syariah harus didorong dalam membangkitkan perekonomian nasional. Apalagi industri keuangan syariah memiliki potensi yang begitu besar dengan mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
Di samping itu, Indonesia memiliki halal lifestyle, lembaga keuangan syariah yang begitu besar, dan berbagai platform syariah. Di tengah tingginya ketidakpastian perekonomian akibat pandemi, perkembangan keuangan ekonomi syariah masih menunjukkan pertumbuhan positif.
Wimboh menyebut aset keuangan syariah mencapai Rp1.639 triliun per Juli 2020 atau tumbuh 20,61 persen secara year on year, dengan market share sebesar 9,68 persen. Jumlah tersebut tidak termasuk saham syariah.
"Hal ini menunjukkan bahwa keuangan syariah memiliki daya tahan yang tinggi dan siap mendukung program pemulihan ekonomi nasional," katanya dalam webinar Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah, Senin (21/9/2020).
Perkembangan aset keuangan syariah didukung dengan semakin banyaknya lembaga jasa keuangan syariah di Indonesia. Saat ini terdapat 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 162 BPR syariah.
Di sektor pasar modal memiliki 464 saham syariah, 145 sukuk korporasi, dan 282 reksadana syariah, dan 66 sukuk negara, dan 215 lembaga jasa keuangan syariah non bank.
Dia berharap masa masa pandemi dapat menjadi momentum untuk kebangkitan keuangan ekonomi syariah, terutama mengambil peran yang lebih besar untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.