Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bergantung Pada Penanganan Pandemi, Kredit Akhir Tahun Masih Bisa Positif

Berdasarkan data OJK per September 2020 kredit perbankan tercatat sebesar 0,12 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp5.531 triliun.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Penanganan Covid-19 menjadi kunci pertumbuhan kredit tahun ini yang diproyeksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan tumbuh positif di kisaran 2 hingga 3 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan jika tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang memaksa terjadinya pembatasan sosial skala besar (PSBB), kredit berpeluang tumbuh di kisaran 2 hingga 3 persen.

Meskipun kredit berpeluang tumbuh positif pada akhir tahun nanti, Piter menilai bank tidak perlu menggenjot penyaluran. Sebaliknya, proyeksi kredit yang positif ini tetap harus membuat bank hati-hati.

Piter menilai, pertumbuhan kredit 2 persen hingga akhir tahun bisa dicapai tanpa bank perlu menggenjot penyaluran. Saat ini perekonomian sudah mulai bergerak seiring pelonggaran PSBB dan disalurkannya bantuan pemerintah.

"Mulai bergeraknya perekonomian memunculkan permintaan kredit. Itu yang bisa dimanfaatkan bank untuk kembali menyalurkan kredit secara hati-hati," katanya kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).

Lebih lanjut, Piter menilai, penyaluran kredit yang hati-hati ini tidak akan membuat rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) bank meningkat. Potensi NPL saat ini memang jauh lebih besar daripada kondisi normal. Hal itu pun sudah diantisipasi oleh OJK dengan kebijakan restrukturisasi kredit.

"Kalau dilakukan dengan tidak hati-hati bisa memunculkan kredit macet," sebutnya.

Terpisah, Direktur Kredit Bank Mega Madi D. Lazuardi mengaku tidak dapat berkomentar banyak mengenai pertumbuhan kredit secara industri pada akhir tahun nanti. Namun, apabila melihat kondisi internal bank, pertumbuhan kredit organik memang masih lambat.

Saat ini, Bank Mega masih mengandalkan kredit korproasi untuk mengerek pertumbuhan kredit.

"Saat ini pertumbuhan kredit Bank Mega masih diusahakan, internal bank, pertumbuhan organik masih lambat," katanya.

OJK juga memproyeksi penurunan suku bunga acuan dapat mendorong penyaluran kredit sehingga memompa pertumbuhan ekonomi. Penurunan suku bunga acuan (BI7 days repo rate) pun dinilai masih terbuka karena kondisi likuiditas perbankan saat ini cukup melimpah.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan suku bunga bank saat ini sudah cukup rendah. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit akan lebih bergantung pada pergerakan ekonomi.

"Suku bunga sudah cukup rendah sekarang, yang masih diperlukan stimulus untuk lebih menggeliatkan ekonominya," katanya.

Taswin mengaku masih sulit memprediski pertumbuhan kredit dan realisasi NPL ke depannya. Bank pun akan mengikuti perkembangan yang ada dengan tetap melihat setiap peluang.

"Kami mengalir aja sifatnya. Begitu peluang bisnis tumbuh pasti akan kami dukung pelaku usaha untuk bisa bangkit lagi," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper