Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bank Berguguran, Ini Proyeksi Bos OJK Sampai Akhir 2020

Laba bank sudah terkoreksi sejak paruh pertama tahun ini dan terus berlanjut hingga kuartal III/2020.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, MATARAM - Resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 menjadi periode terberat bagi pelaku usaha. Pendapatan dari lini bisnis tergerus sehingga membuat  pundi-pundi keuntungan pun merosot. Hal tentunya berpengaruh kepada perbankan.

Saat dunia usaha terguncang, kemampuan debitur dalam membayar utang kepada bank pun menurun. Akibatnya, skema restrukturisasi dipilih untuk menghindari kredit bermasalah. Restrukturisasi akan berpengaruh terhadap keuntungan perbankan. 

Pasalnya, akan ada penjadwalan utang, keringanan bunga hingga relaksasi dalam beberapa waktu tertentu untuk tidak membayar pinjaman atau bunga. Hal itu tentu berpengaruh pada pendapatan bank.

Laba bank sudah terkoreksi sejak paruh pertama tahun ini. Penurunan laba bank terus berlanjut hingga kuartal III/2020. Berdasarkan data OJK, per September 2020 laba bank merosot 27,6 persen secara year on year (yoy). 

Penurunan laba itu kian dalam dibandingkan dengan posisi Agustus 2020 yang menyusut 18,26 Persen (yoy). Penurunan laba tercermin dari berkurangnya margin bunga bersih (NIM) menjadi 4,29 persen dari bulan sebelumnya 4,43 persen.

Di tengah penurunan profitabilitas, beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) per September 2020 naik menjadi 86,18 persen dari bulan sebelumnya 85,09 persen.

Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan bahwa dalam kondisi seperti ini penurunan laba bank adalah sebuah keniscayaan, karena bisnis dunia usaha terganggu Covid-19 sehingga memerlukan waktu untuk pulih.

Dia pun memproyeksikan laba bank akan terkoreksi sekitar 30-35 persen pada tahun ini, tetapi secara fundamental kondisi perbankan nasional masih terjaga karena memiliki permodalan yang kuat.

"Laba bank bisa terkoreksi sekitar 30-35 persen. Iya, ini wajar karena kondisi seperti ini. Tetapi pada umumnya kondisi perbankan masih bagus, modal masih kuat," ujarnya di sela-sela peresmian kantor OJK NTB di Mataram, Senin (9/11/2020).

Laba Bank Berguguran, Ini Proyeksi Bos OJK Sampai Akhir 2020

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat menyampaikan sambutan peresmian kantor baru OJK NTB di Mataram, Senin (9/11/2020). /Bisnis-Hendri T. Asworo

Menurutnya, modal bank di Indonesia saat ini paling kuat di kawasan karena sikap hati-hati bank dalam menjaga fundamental perusahaan. Berdasarkan data OJK per September 2020, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,39 persen, naik dari bulan sebelumnya 23,16 persen. 

Wimboh menambahkan dalam kondisi seperti ini bank harus berbagi 'rasa sakit' (sharing pain) dengan dunia usaha yang tengah tertekan oleh Covid-19. Sharing pain itu dengan berkurangnya pendapatan atau laba bank karena merestrukturisasi kredit.

Apabila pelonggaran angsuran tidak dilakukan, sambungnya, dampaknya bisa lebih buruk jika dunia usaha kolaps sehingga kredit menjadi macet. "Jadi ini seperti lingkaran. Diperlukan sharing pain dalam kondisi seperti ini.

Adapun, laba bank-bank besar sepanjang 9 bulan tahun ini kompak mencatatkan penurunan. Misalnya saja PT Bank Central Asia Tbk. melaporkan di tengah pandemi Covid-19, perseroan membukukan laba konsolidasi sebesar Rp20 triliun hingga kuartal III/2020. Capaian itu turun 4,2 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Meski menurun, laba perseroan tumbuh 37,8 persen secara kuartalan (qoq) menjadi Rp7,79 triliun sepanjang kuartal III/2020 . Sementara pada kuartal II/2020 laba bersih BCA senilai Rp5,65 triliun, kuartal I/2020 sebesar 6,58 triliun.

Laba konsolidasian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) anjlok 63,9 persen pada kuartal III/2020 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu menjadi Rp4,32 triliun.

Kinerja tersebut dipengaruhi oleh keputusan perseroan untuk membentuk pencadangan yang lebih konservatif. Hal ini bertujuan memperkuat fundamental keuangan bank dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan laba bersih konsolidasi hingga kuartal III/2020 senilai Rp14,03 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, maka terdapat penurunan laba cukup signifikan sebesar 30,7 persen dari Rp20,25 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper